DAFTAR ISI
Kata Pengantar
BAB I
:Pembahasan
A.
Pengertian
Demokrasi
B.
Demokrasi
Liberalisme
1). Ciri-Ciri Sistem Politik Liberalisme
2). Sistem Politik Liberalisme
3). Pelaksanaan Demokrasi Liberal
C.
Kabinet Masa
Demokrasi Liberal
a.
Kabinet Natsir
b.
Kabinet Sukiman
c.
Kabinet Wilopo
d.
Kabinet Ali
Sastroamijoyo I
e.
Kabinet Burhanuddin
Harahap
f.
Kabinet Ali
Sastroamijoyo II
g.
Kabinet Djuanda
D.
Keadaan Ekonomi
Indonesia Masa Liberal
E.
Kebijakan
Pemerintah Untuk Mengatasi Masalah Ekonomi Masa Liberal
BAB II :
Penutup
a.
Kesimpulan
b.
Saran
Daftar Pustaka
BAB I
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN DEMOKRASI
Kata Demokrasi berasal dari Yunani, yaitu demos,
yang berarti rakyat, dan kratos, yang berarti pemerintahan atau kekuasaan.Jadi
demokrasi ialah rakyat yang berkuasa.Setelah Perang Dunia ke-II, secara formal
demokrasi merupakan dasar dari kebanyakan negara di dunia. Di antara semakin
banyak aliran pemikiran yang menamakan dirinya sebagai demokrasi, ada dua
aliran penting, yaitu demokrasi konstitusional dan kelompok yang
mengatasnamakan dirinya “demokrasi” namun pada dasarnya menyandarkan dirinya
pada komunisme.
B.
DEMOKRASI LIBERALISME
Kata Liberalisme berasal dari kata libre yang berarti bebas dari
perbudakan,
perkosaan, dan penganiyaan.
perkosaan, dan penganiyaan.
1).Ciri-ciri Sistem Politik
Liberalisme
a). Sangat menekankan kebebasan/kemerdekaan individu.
a). Sangat menekankan kebebasan/kemerdekaan individu.
b).Sangat
menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia yang utama seperti hak hidup,hak
kemerdekaan, hak mengejar kebahagiaan, dan lain-lain.
c).Dalam
sistem pemerintahan, terbagi atas beberapa kekuasaan, yaitu kekuasaan
legislatif, eksekutif, dan yudikatif.
d).Menganggap
sistem demokrasi sebagai sistem politik yang paling tepat untuk
suatu negara karena hak-hak asasi manusia itu terlindungi.
suatu negara karena hak-hak asasi manusia itu terlindungi.
e).
Infrastruktur/struktur sosial selalu berusaha untuk mewujudkan tegaknya
demokrasi dan tumbangnya sistem kediktatoran.
demokrasi dan tumbangnya sistem kediktatoran.
f).Adanya
homo seksual dan lesbianisme yang disebabkan penekanan kepada
kebebasan individu.
kebebasan individu.
g).Melahirkan
sekularisme, yaitu paham yang memisahkan antara negara dengan agama. Menurut
pemahaman mereka, agama adalah urusan masyarakat sedangakan negara adalah
urusan pemerintah. Oleh karena itu, pemerintah tidak boleh turut campur dalam
hal agama.
h).Menentang
ajaran komunisme yang menganut sistem kediktatoran sehingga
hak-hak asasi manusia banyak dirampas dan diperkosa.
hak-hak asasi manusia banyak dirampas dan diperkosa.
i).Melahirkan
kelas ekonomi yang terdiri dari kelas ekonomi kuat dan lemah. Saat ini sedang
diusahakan dalam Sistem politik liberalisme modern untuk
menghilangkan jurang pemisah antara golongan kaya dan golongan miskin.
menghilangkan jurang pemisah antara golongan kaya dan golongan miskin.
j).Berusaha
dengan keras untuk mewujudkan kesejahteraan terhadap seluruh
anggota masyarakat atau seluruh warga negara. Mengingat penderitaan dan
kesengsaraan dapat menyebabkan perbuatan-perbuatan yang bertentang
dengan konstitusi negara.
anggota masyarakat atau seluruh warga negara. Mengingat penderitaan dan
kesengsaraan dapat menyebabkan perbuatan-perbuatan yang bertentang
dengan konstitusi negara.
k).Adanya
budaya yang tinggi dengan menjungjung tinggi kreatifitas, produktifitas,
efektifitas, dan inovasitas warga negaranya.
l).Mengusahakan
di dalam negaranya suatu pemilihan umum yang berasas luber sehingga pergantian
pemerintahan berjalan secara normal.
m).Menentang
sistem politik kediktatoran karena meniadakan Hak Asasi Manusia.
2). Sistem Politik Demokrasi
Liberal
Di Indonesia demokrasi liberal berlangsung sejak 3 November 1945,
yaitu sejak sistem multi-partai berlaku melalui Maklumat Pemerintah.Sistem
multi-partai ini lebih menampakkan sifat instabilitas politik setelah berlaku
sistem parlementer dalam naungan UUD 1945 periode pertama.
Demokrasi liberal dikenal juga sebagai demokrasi
parlementer, karena berlangsung dalam system pemerintahan parlementer ketika berlakunya
UUD 1945 periode pertama, Konstitusi RIS, dan UUDS 1950.Dengan
demikian demokrasi liberal secara formal berakhir pada tangga l5 Juli 1959, sedang
secara material berakhir pada saat gagasan Demokrasi Terpimpin dilaksanakan.Dalam
periode demokrasi liberal terdapat beberapa hal yang secara pasti dapat dikatakan
telah melekat dan mewarnai prosesnya,yaitu:
1.Penyaluran Tuntutan.Tuntutan
terlihat sangat intens (frekuensinya maupun volumenya tinggi) danmelebihi
kapasitas sistem yang hidup, terutama kapasitas atau kemampuan mesin politik
resmi.
2.Pemeliharaan dan Kontinuitas. Nilai Keyakinan atas Hak Asasi
Manusia yang demikian tingginya, sehingga menumbuhkan kesempatan dan kebebasan luas
dengan segala eksesnya.
3.Kapabilitas.Pengolahan potensi ekstraktif dan distributive menurut
ekonomi bebas dilakukan oleh cabinet yang pragmatik, sedangkan abilitas
simbolik lebih diutamakan oleh cabinet
ideologik.Keadilan mendapat perhatian cabinet ideologik, sedang kemakmuran oleh
cabinet pragmatik.
4.Integrasi Vertikal.Terjadi hubungan antara elit dengan massa berdasarkan
pola integrasi aliran.
5.Integrasi.Horisontal antara elit politik tidak terjalin integrasi yang dapat
dibanggakan. Walaupun pernah terjalin integrasi kejiwaan antarelit, tetapi
akhirnya berproses ke arah
disintegrasi.
disintegrasi.
6.Gaya Politik.Bersifat idiologis yang berarti lebih menitikberatkan
faktor pembeda. Karena ideologi cenderung bersifat kaku dan tidak kompromistik
atau reformistik.
7.Kepemimpinan Berasal dari angkatan Sumpah Pemuda pada tahun 1928 yang lebih
cenderung,belum permisif untuk meninggalkan pikiran-pikiran paternal,
primordial terhadap aliran, agama, suku, atau kedaerahan.
8.Perimbangan, Partisipasi,Politik dengan Kelembagaan.
9.Pola Pembangunan Aparatur Negara Berlangsung dengan pola bebas,
artinya ditolerir adanya ikatan dengan kekuatan
politik yang berbeda secara ideologis.
10.Tingkat Stabilitas Terjadi instabilitas politik yang berakibat negative
bagi usaha-usaha pembangunan.
3).Pelaksanaan
Demokrasi Liberal
Dalam demokrasi
liberal, keputusan-keputusan mayoritas (dari proses perwakilan atau langsung)
diberlakukan pada sebagian besar bidang-bidang kebijakan pemerintah yang tunduk
pada pembatasan-pembatasan agar keputusan pemerintah tidak melanggar kemerdekaan dan hak-hak
individu seperti tercantum dalam konstitusi.
Demokrasi liberal
pertama kali dikemukakan pada Abad Pencerahan oleh penggaga tori kontrak sosial
seperti Thomas Hobbes,John Locke, dan Jean-Jacques Rousseau.Semasa Perang
Dingin, istilah demokrasi liberal bertolak belakang dengan komunisme ala
Republik Rakyat.Pada zaman sekarang demokrasi konstitusional umumnya
dibanding-bandingkan dengan demokrasi langsung atau demokrasi partisipasi.
Demokrasi liberal
dipakai untuk menjelaskan sistem politik dan demokrasi barat di Amerika
Serikat, Britania Raya, Kanada.Konstitusi yang dipakai dapat berupa Republik
(Amerika Serikat, India, Prancis) atau monarki konstitusional (Britania Raya,
Spanyol).Demokrasi liberal dipakai oleh negara yang menganut sistem
presidensial (Amerika Serikat), sistem parlementer (sistem Westminster:
Britania Raya dan Negara-Negara Persemakmuran) atau sistem semipresidensial
(Perancis).
C.
KABINET MASA DEMOKRASI LIBERAL
a. KABINET NATSIR (6 September 1950 – 21 Maret
1951)
Merupakan kabinet
koalisi yang dipimpin oleh partai Masyumi.Dipimpin Oleh : Muhammad Natsir
Program :
1.
Menggiatkan usaha keamanan dan ketentraman.
2.
Mencapai konsolidasi dan menyempurnakan susunan
pemerintahan.
3.
Menyempurnakan organisasi Angkatan Perang
4.
Mengembangkan dan memperkuat ekonomi rakyat.
5.
Memperjuangkan penyelesaian masalah Irian Barat.
Hasil :Berlangsung
perundingan antara Indonesia-Belanda untuk pertama kalinya mengenai masalah
Irian Barat.
Kendala/masalah yang dihadapi :Upaya memperjuangkan masalah
Irian Barat dengan Belanda mengalami jalan buntu (kegagalan).Timbul masalah
keamanan dalam negeri yaitu terjadi pemberontakan hampir di seluruh wilayah
Indonesia, seperti Gerakan DI/TII, Gerakan Andi Azis, Gerakan APRA, Gerakan.
Berakhirnya kekuasaan kabinet :Adanya mosi tidak
percaya dari PNI menyangkut pencabutan Peraturan Pemerintah mengenai DPRD dan
DPRDS. PNI menganggap peraturan pemerintah No. 39 th 1950 mengenai DPRD terlalu
menguntungkan Masyumi. Mosi tersebut disetujui parlemen sehingga Natsir harus
mengembalikan mandatnya kepada Presiden.
b. KABINET
SUKIMAN (27 April 1951 – 3 April 1952)
Merupakan kabinet
koalisi antara Masyumi dan PNI.Dipimpin
Oleh: Sukiman Wiryosanjoyo
Program
:
Ø Menjamin keamanan dan
ketentraman
Ø Mengusahakan kemakmuran
rakyat dan memperbaharui hukum agraria agar sesuai dengan kepentingan petani.
Ø Mempercepat persiapan
pemilihan umum.
Ø Menjalankan politik
luar negeri secara bebas aktif serta memasukkan Irian Barat ke dalam wilayah RI
secepatnya.
Hasil
:Tidak terlalu berarti sebab programnya
melanjtkan program Natsir hanya saja terjadi perubahan skala prioritas dalam
pelaksanaan programnya, seperti awalnya program Menggiatkan usaha keamanan dan
ketentraman selanjutnya diprioritaskan untuk menjamin keamanan dan ketentraman.
Kendala/ Masalah yangdihadapi:
·
Masalah Irian barat belum juga teratasi.
·
Hubungan Sukiman dengan militer kurang baik
tampak dengan kurang tegasnya tindakan pemerintah menghadapi pemberontakan di
Jawa Barat, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan.
Berakhirnya kekuasaan cabinet:Muncul pertentangan
dari Masyumi dan PNI atas tindakan Sukiman sehingga mereka menarik dukungannya
pada kabinet tersebut. DPR akhirnya menggugat Sukiman dan terpaksa Sukiman
harus mengembalikan mandatnya kepada presiden.
c. KABINET WILOPO
(3 April 1952 – 3 Juni 1953)
Merupakan zaken kabinet yaitu
kabinet yang terdiri dari para pakar yang ahli dalam bidangnya.Dipimpin Oleh :
Mr. Wilopo
Program :
1.
Program dalam negeri :
Menyelenggarakan pemilihan umum (konstituante, DPR, dan DPRD), meningkatkan
kemakmuran rakyat, meningkatkan pendidikan rakyat, dan pemulihan keamanan.
2.
Program luar negeri : Penyelesaian masalah
hubungan Indonesia-Belanda, Pengembalian Irian Barat ke pangkuan Indonesia,
serta menjalankan politik luar negeri yang bebas-aktif.
Hasil :tidak ada
Kendala/ Masalah yang dihadapi :
·
Adanya kondisi krisis ekonomi yang disebabkan
karena jatuhnya harga barang-barang eksport Indonesia sementara kebutuhan impor
terus meningkat.
·
Terjadi defisit kas negara karena penerimaan negara
yang berkurang banyak terlebih setelah terjadi penurunana hasil panen sehingga
membutuhkan biaya besar untuk mengimport beras.
·
Munculnya gerakan sparatisme dan sikap
provinsialisme yang mengancam keutuhan bangsa. Semua itu disebabkan karena rasa
ketidakpuasan akibat alokasi dana dari pusat ke daerah yang tidak seimbang.
·
Terjadi peristiwa
17 Oktober 1952. Merupakan upaya pemerintah untuk menempatkan TNI
sebagai alat sipil sehingga muncul sikap tidak senang dikalangan partai politik
sebab dipandang akan membahayakan kedudukannya. Peristiwa ini diperkuat dengan
munculnya masalah intern dalam TNI sendiri yang berhubungan dengan kebijakan
KSAD A.H Nasution yang ditentang oleh Kolonel Bambang Supeno sehingga ia
mengirim petisi mengenai penggantian KSAD kepada menteri pertahanan yang
dikirim ke seksi pertahanan parlemen sehingga menimbulkan perdebatan dalam
parlemen. Konflik semakin diperparah dengan adanya surat yang menjelekkan
kebijakan Kolonel Gatot Subroto dalam memulihkan keamanana di Sulawesi Selatan.
Berakhirnya kekuasaan kabinet :Akibat peristiwa
Tanjung Morawa muncullah mosi tidak
percaya dari Serikat Tani Indonesia terhadap kabinet Wilopo. Sehingga Wilopo
harus mengembalikan mandatnya pada presiden.
d. KABINET ALI
SASTROAMIJOYO I (31 Juli 1953 – 12 Agustus 1955)
Kabinet ini merupakan
koalisi antara PNI dan NU.Dipimpin Oleh : Mr.
Ali Sastroamijoyo
Program :
·
Meningkatkan keamanan dan kemakmuran serta
segera menyelenggarakan Pemilu.
·
Pembebasan Irian Barat secepatnya.
·
Pelaksanaan politik bebas-aktif dan peninjauan
kembali persetujuan KMB.
·
Penyelesaian Pertikaian politik.
Hasil
:
§ Persiapan Pemilihan
Umum untuk memilih anggota parlemen yang akan diselenggarakan pada 29 September
1955.
§ Menyelenggarakan
Konferensi Asia-Afrika tahun 1955.
Kendala/ Masalah yang dihadapi
:
§ Menghadapi masalah
keamanan di daerah yang belum juga dapat terselesaikan, seperti DI/TII di Jawa
Barat, Sulawesi Selatan, dan Aceh.
§ Terjadi peristiwa 27 Juni 1955 suatu
peristiwa yang menunjukkan adanya kemelut dalam tubuh TNI-AD. Masalah TNI –AD
yang merupakan kelanjutan dari Peristiwa 17 Oktober 1952. Bambang Sugeng
sebagai Kepala Staf AD mengajukan permohonan berhenti dan disetujui oleh
kabinet. Sebagai gantinya mentri pertahanan menunjuk Kolonel Bambang Utoyo
tetapi panglima AD menolak pemimpin baru tersebut karena proses pengangkatannya
dianggap tidak menghiraukan norma-norma yang berlaku di lingkungan TNI-AD.
Bahkan ketika terjadi upacara pelantikan pada 27 Juni 1955 tidak seorangpun
panglima tinggi yang hadir meskipun mereka berada di Jakarta. Wakil KSAD-pun
menolak melakukan serah terima dengan KSAD baru.
§ Keadaan ekonomi yang
semakin memburuk, maraknya korupsi, dan inflasi yang menunjukkan gejala
membahayakan.
§ Memudarnya
kepercayaan rakyat terhadap pemerintah.
§ Munculnya konflik
antara PNI dan NU yang menyebabkkan, NU memutuskan untuk menarik kembali
menteri-mentrinya pada tanggal 20 Juli 1955 yang diikuti oleh partai lainnya.
Berakhirnya kekuasaan cabinet:NU menarik dukungan dan menterinya dari kabinet sehingga
keretakan dalam kabinetnya inilah yang memaksa Ali harus mengembalikan
mandatnya pada presiden.
e. KABINET
BURHANUDDIN HARAHAP (12 Agustus 1955 – 3 Maret 1956)
Dipimpin Oleh
: Burhanuddin Harahap
Program
:
§ Mengembalikan
kewibawaan pemerintah, yaitu mengembalikan kepercayaan Angkatan Darat dan
masyarakat kepada pemerintah.
§ Melaksanakan
pemilihan umum menurut rencana yang sudah ditetapkan dan mempercepat
terbentuknya parlemen baru
§ Masalah
desentralisasi, inflasi, pemberantasan korupsi
§ Perjuangan
pengembalian Irian Barat
§ Politik Kerjasama
Asia-Afrika berdasarkan politik luar negeri bebas aktif.
Hasil
:
§ Penyelenggaraan
pemilu pertama yang demokratis pada 29 September 1955 (memilih anggota DPR) dan
15 Desember 1955 (memilih konstituante). Terdapat 70 partai politik yang
mendaftar tetapi hanya 27 partai yang lolos seleksi. Menghasilkan 4 partai
politik besar yang memperoleh suara terbanyak, yaitu PNI, NU, Masyumi, dan PKI.
§ Perjuangan Diplomasi
Menyelesaikan masalah Irian Barat dengan pembubaran Uni Indonesia-Belanda.
§ Pemberantasan korupsi
dengan menangkap para pejabat tinggi yang dilakukan oleh polisi militer.
§ Terbinanya hubungan
antara Angkatan Darat dengan Kabinet Burhanuddin.
§ Menyelesaikan masalah
peristiwa 27 Juni 1955 dengan mengangkat Kolonel AH Nasution sebagai Staf Angkatan
Darat pada 28 Oktober 1955
Kendala/ Masalah yang dihadapi :Banyaknya mutasi
dalam lingkungan pemerintahan dianggap menimbulkan ketidaktenangan.
Berakhirnya kekuasaan cabinet:Dengan berakhirnya
pemilu maka tugas kabinet Burhanuddin dianggap selesai. Pemilu tidak
menghasilkan dukungan yang cukup terhadap kabinet sehingga kabinetpun
jatuh.Akan dibentuk kabinet baru yang harus bertanggungjawab pada parlemen yang
baru pula.
f.KABINET ALI
SASTROAMIJOYO II (20 Maret 1956 – 4 Maret 1957)
Kabinet ini merupakan
hasil koalisi 3 partai yaitu PNI, Masyumi, dan NU.Dipimpin Oleh : Ali
Sastroamijoyo
Program
:
§ Program kabinet ini
disebut Rencana Pembangunan Lima Tahun yang
memuat program jangka panjang, sebagai berikut.
§ Perjuangan
pengembalian Irian Barat
§ Pembentukan
daerah-daerah otonomi dan mempercepat terbentuknya anggota-anggota DPRD.
§ Mengusahakan
perbaikan nasib kaum buruh dan pegawai.
§ Menyehatkan
perimbangan keuangan negara.
§ Mewujudkan perubahan
ekonomi kolonial menjadi ekonomi nasional berdasarkan kepentingan rakyat.
Selain itu program pokoknya adalah,
§ Pembatalan KMB,
§ Pemulihan keamanan
dan ketertiban, pembangunan lima tahun, menjalankan politik luar negeri bebas
aktif,
§ Melaksanakan
keputusan KAA
Hasil
:Mendapat dukungan penuh dari presiden dan
dianggap sebagai titik tolak dari periode planning and investment,
hasilnya adalah Pembatalan seluruh perjanjian KMB.
Kendala/ Masalah yang dihadapi
:
§ Berkobarnya semangat
anti Cina di masyarakat.
§ Muncul
pergolakan/kekacauan di daerah yang semakin menguat dan mengarah pada gerakan sparatisme dengan pembentukan dewan
militer seperti Dewan Banteng di Sumatera Tengah, Dewan Gajah di Sumatera
Utara, Dewan Garuda di Sumatra Selatan, Dewan Lambung Mangkurat di Kalimantan
Selatan, dan Dewan Manguni di Sulawesi Utara.
§ Memuncaknya krisis di
berbagai daerah karena pemerintah pusat dianggap mengabaikan pembangunan di
daerahnya.
§ Pembatalan KMB oleh
presiden menimbulkan masalah baru khususnya mengenai nasib modal pengusaha
Belanda di Indonesia. Banyak pengusaha Belanda yang menjual perusahaannya pada
orang Cina karena memang merekalah yang kuat ekonominya. Muncullah peraturan
yang dapat melindungi pengusaha nasional.
§ Timbulnya perpecahan
antara Masyumi dan PNI. Masyumi menghendaki agar Ali Sastroamijoyo menyerahkan
mandatnya sesuai tuntutan daerah, sedangkan PNI berpendapat bahwa mengembalikan
mandat berarti meninggalkan asas demokrasi dan parlementer.
Berakhirnya kekuasaan cabinet:Mundurnya sejumlah
menteri dari Masyumi membuat kabinet hasil Pemilu I ini jatuh dan menyerahkan
mandatnya pada presiden.
g. KABINET
DJUANDA ( 9 April 1957- 5 Juli 1959)
Kabinet ini
merupakan zaken kabinet yaitu kabinet yang
terdiri dari para pakar yang ahli dalam bidangnya.Dibentuk karena Kegagalan
konstituante dalam menyusun Undang-undang Dasar pengganti UUDS 1950. Serta
terjadinya perebutan kekuasaan antara partai politik.Dipimpin
Oleh : Ir. Juanda
Program
:
Programnya
disebut Panca Karya sehingga sering
juga disebut sebagai Kabinet Karya,
programnya yaitu :
§ Membentuk Dewan
Nasional
§ Normalisasi keadaan
Republik Indonesia
§ Melancarkan
pelaksanaan Pembatalan KMB
§ Perjuangan
pengembalian Irian Jaya
§ Mempergiat/mempercepat
proses Pembangunan
Hasil
:
·
Mengatur kembali batas perairan nasional
Indonesia melalui Deklarasi Djuanda,
yang mengatur mengenai laut pedalaman dan laut teritorial. Melalui deklarasi
ini menunjukkan telah terciptanya Kesatuan Wilayah Indonesia dimana lautan dan
daratan merupakan satu kesatuan yang utuh dan bulat.
·
Terbentuknya Dewan
Nasional sebagai badan yang bertujuan menampung dan menyalurkan
pertumbuhan kekuatan yang ada dalam masyarakat dengan presiden sebagai ketuanya.
Sebagai titik tolak untuk menegakkan sistem demokrasi terpimpin.
·
Mengadakan Musyawarah
Nasional (Munas) untuk meredakan pergolakan di berbagai daerah.
Musyawarah ini membahas masalah pembangunan nasional dan daerah, pembangunan
angkatan perang, dan pembagian wilayah RI.
·
Diadakan Musyawarah Nasional Pembangunan untuk
mengatasi masalah krisis dalam negeri tetapi tidak berhasil dengan baik.
Kendala/ Masalah yang dihadapi :Kegagalan Menghadapi
pergolakan di daerah sebab pergolakan di daerah semakin meningkat. Hal ini
menyebabkan hubungan pusat dan daerah menjadi terhambat.Munculnya pemberontakan
seperti PRRI/Permesta.
Keadaan ekonomi dan
keuangan yang semakin buruk, sertaterjadi peristiwa Cikini, yaitu peristiwa
percobaan pembunuhan terhadap Presiden Sukarno di depan Perguruan Cikini saat
sedang menghadir pesta sekolah tempat putra-purinya bersekolah pada tanggal 30
November 1957.
Berakhirnya kekuasaan kabinet :Berakhir saat
presiden Sukarno mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 dan mulailah babak
baru sejarah RI yaitu Demokrasi
Terpimpin.
D. KEADAAN EKONOMI
INDONESIA MASA LIBERAL
·
Setelah pengakuan kedaulatan dari Belanda pada
tanggal 27 Desember 1949, bangsa Indonesia menanggung beban ekonomi dan
keuangan seperti yang telah ditetapkan dalam KMB. Beban tersebut berupa hutang
luar negeri sebesar 1,5 Triliun rupiah dan utang dalam negeri sejumlah 2,8
Triliun rupiah.
·
Defisit yang harus ditanggung oleh Pemerintah
pada waktu itu sebesar 5,1 Miliar.
·
Indonesia hanya mengandalkan satu jenis ekspor
terutama hasil bumi yaitu pertanian dan perkebunan sehingga apabila permintaan
ekspor dari sektor itu berkurang akan memukul perekonomian Indonesia.
·
Politik keuangan Pemerintah Indonesia tidak di
buat di Indonesia melainkan dirancang oleh Belanda.
·
Pemerintah Belanda tidak mewarisi nilai-nilai
yang cukup untuk mengubah sistem ekonomi kolonial menjadi sistem ekonomi
nasional.
·
Belum memiliki pengalaman untuk menata ekonomi
secara baik, belum memiliki tenaga ahli dan dana yang diperlukan secara
memadai.
·
Situasi keamanan dalam negeri yang tidak
menguntungkan berhubung banyaknya pemberontakan dan gerakan sparatisisme di
berbagai daerah di wilayah Indonesia.
·
Tidak stabilnya situasi politik dalam negeri
mengakibatkan pengeluaran pemerintah untuk operasi-operasi keamanan semakin
meningkat.
·
Kabinet terlalu sering berganti menyebabakan
program-program kabinet yang telah direncanakan tidak dapat dilaksanakan,
sementara program baru mulai dirancang.
·
Angka pertumbuhan jumlah penduduk yang besar.
E. KEBIJAKAN PEMERINTAH
UNTUK MENGATASI MASALAH EKONOMI MASA LIBERAL
Kehidupan ekonomi
Indonesia hingga tahun 1959 belum berhasil dengan baik dan tantangan yang
menghadangnya cukup berat. Upaya pemerintah untuk memperbaiki kondisi ekonomi
adalah dengan sistem :
a). Gunting Syafruddin yaitu Pemotongan nilai
uang (sanering). Caranya
memotong semua uang yang bernilai Rp. 2,50 ke atas hingga nilainya tinggal
setengahnya.
Kebijakan ini
dilakukan oleh Menteri Keuangan Syafruddin Prawiranegara pada masa pemerintahan
RIS. Tindakan ini dilakukan pada tanggal 20 Maret 1950 berdasarkan SK Menteri
Nomor 1 PU tanggal 19 Maret 1950.Tujuannya untuk
menanggulangi defisit anggaran sebesar Rp. 5,1 Miliar.Dampaknya :rakyat kecil tidak
dirugikan karena yang memiliki uang Rp. 2,50 ke atas hanya orang-orang kelas
menengah dan kelas atas. Dengan kebijakan ini dapat mengurangi jumlah uang yang
beredar dan pemerintah mendapat kepercayaan dari pemerintah Belanda dengan
mendapat pinjaman sebesar Rp. 200 juta.
b). Sistem Ekonomi
Gerakan Benten
Merupakan usaha pemerintah Republik Indonesia untuk
mengubah struktur ekonomi yang berat sebelah yang dilakukan pada masa Kabinet
Natsir yang direncanakan oleh Sumitro Joyohadikusumo (menteri perdagangan).Program
ini bertujuan untuk mengubah struktur ekonomi kolonial menjadi struktur ekonomi
nasional (pembangunan ekonomi Indonesia).
c). Nasionalisasi De Javasche
Bank
Seiring meningkatnya
rasa nasionalisme maka pada akhir tahun 1951 pemerintah Indonesia melakukan
nasionalisasi De Javasche Bank menjadi Bank
Indonesia.Awalnya terdapat peraturan bahwa mengenai pemberian kreditharus
dikonsultasikan pada pemerintah Belanda.Hal ini menghambat pemerintah dalam
menjalankan kebijakan ekonomi dan moneter.
d). Sistem Ekonomi
Ali-Baba
Pengusaha pribumi
diwajibkan untuk memberikan latihan-latihan dan tanggung jawab kepada
tenaga-tenaga bangsa Indonesia agar dapat menduduki jabatan-jabatan
staf.Pemerintah menyediakan kredit dan lisensi bagi usaha-usaha swasta nasional.Pemerintah memberikavn perlindungan agar mampu
bersaing dengan perusahaan-perusahaan asing yang ada.
e).Persaingan Finansial Ekonomi (Finek)
Pada masa Kabinet
Burhanudin Harahap dikirim delegasi ke Jenewa untuk merundingkan masalah finansial-ekonomi
antara pihak Indonesia dengan pihak Belanda.Misi ini dipimpin oleh Anak Agung
Gede Agung. Pada tanggal 7 Januari 1956 dicapai kesepakatan rencana
persetujuan Finek.Hasilnya pemerintah Belanda tidak mau menandatangani,
sehingga Indonesia mengambil langkah secara sepihak. Tanggal 13 Februari1956,
Kabinet Burhanuddin Harahap melakukan pembubaran Uni Indonesia-Belanda secara
sepihak.
f). Rencana
Pembangunan Lima Tahun (RPLT)
Program yang
dilaksanakan umumnya merupakan program jangka pendek, tetapi pada masa kabinet
Ali Sastroamijoyo II, pemerintahan membentuk Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional yang disebut Biro Perancang Negara. Tugas
biro ini merancang pembangunan jangka panjang.Ir. Juanda
diangkat sebagai menteri perancang nasional. Biro ini berhasil menyusun Rencana
Pembangunan Lima Tahun (RPLT) yang rencananya akan dilaksanakan antara tahun
1956-1961 dan disetujui DPR pada tanggal 11 November 1958. Tahun 1957 sasaran
dan prioritas RPLT diubah melalui Musyawarah Nasional Pembangunan (Munap).
Pembiayaan RPLT diperkirakan 12,5 miliar rupiah.
g). Musyawarah
Nasional Pembangunan
Masa kabinet Juanda
terjadi ketegangan hubungan antara pusat dan daerah.Masalah tersebut untuk
sementara waktu dapat teratasi dengan Musayawaraah Nasional Pembangunan
(Munap). Tujuandiadakan Munap adalah
untuk mengubah rencana pembangunan agar dapat dihasilkan rencana pembangunan
yang menyeluruh untuk jangka panjang.Tetapi tetap saja rencana
pembangunan tersebut tidak dapat dilaksanakan dengan baik.
BAB II
PENUTUP
A.Kesimpulan:
Setelah kami menyelesaikan makalah ini,kami jadi tahu
bagaimana demokrasi liberalisme itu dan apa pengaruhnya terhadap bangsa
indonesia serta bagaimana jalannya sistem politk liberalisme itu.
B.Saran:
Kami berharap agar bapak/ibu dosen lebih banyak
menjelaskan agar kami bisa
lebih baik lagi dalam menyelesaikan tugas kami dan kami lebih tau lebih
dalam tentang demokrasi liberalisme itu sebenarnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar