BAB I
KONSEP SPIRITUAL
A.
Pengertian Spiritual
Kata spiritual berasal dari kata spirit yang diartikan sebagai semangat,
penuh harapan, dan optimis.Simsen mengatakan bahwa spirit artinya
pandangan mengenai jiwa manusia dan
keprihatinannya terhadap makna akhir dan realitas kehidupan yang abadi.Keyakinan spiritual atau spiritualitas adalah
keyakinan dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Pencipta.Menurut
Burkhardt (1983), spiritualitas meliputi aspek sebagai berikut :
1)
Berhubungan dengan sesuatu yang tidak
diketahui atau ketidakpastian dalam kehidupan.
2)
Menemukan arti dan tujuan hidup.
3)
Menyadari kemampuan untuk menggunakan sumber dan kekuatan dalam diri sendiri.
4)
Mempunyai perasaan keterikatan dengan
diri sendiri dan dengan Yang Maha Tinggi
Dimensi spiritual berupaya untuk mempertahankan keharmonisan atau
keselarasan dengan dunia
luar, berjuang untuk menjawab atau mendapatkan kekuatan ketika sedang menghadapi stres emosional, penyakit fisik, atau
kematian.Kekuatan timbul diluar kemampuan manusia.Spiritualitas
sebagai suatu yang multidimensi, yaitu dimensi
eksistensial dan dimensi agama. Dimensi
eksistensial berfokus pada tujuan dan
arti kehidupan, sedangkan dimensi agama lebih berfokus pada hubungan seseorang dengan Tuhan Yang Maha Penguasa.
Selanjutnya menguraikan bahwa spiritualitas sebagai konsep
dua dimensi yaitu dimensi
vertikal adalah hubungan dengan Tuhan atau Yang Maha Tinggi yang menuntun kehidupan seseorang, sedangkan dimensi
horisontal adalah hubungan seseorang dengan diri sendiri, dengan orang
lain dan dengan lingkungan.
Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan untuk mempertahankan atau
mengembalikan keyakinan dan
memenuhi kewajiban agama, serta kebutuhan untuk mendapatkan maaf atau pengampunan, mencintai,
menjalin hubungan rasa percaya dengan Tuhan.Artinya kebutuhan untuk mencari
arti dan tujuan hidup, kebutuhan
untuk mencintai dan dicintai serta keterikatan,
dan kebutuhan untuk memberikan maaf/pengampunan.
Mempunyai kepercayaan atau keyakinan berarti mempercayai atau mempunyai komitmen terhadap sesuatu atau seseorang.Secara umum
agama atau keyakinan spiritual merupakan upaya
seseorang untuk memahami tempat seseorang di dalam kehidupan, yaitu bagaimana
seseorang melihat dirinya dalam hubungannya dengan lingkungan secara menyeluruh.
Pengertian Agama
Agama merupakan suatu sistem ibadah yang terorganisasi atau teratur.Agama mempunyai keyakinan sentral dan praktik yang biasanya
berhubungan dengan kelahiran,kematian, perkawinan dan keselamatan/penyelamatan (salvation).Agama mempunyai aturan-aturan tertentu yang dipraktikan dalam kehidupan
sehari-hari yang memberikan kepuasan bagi yang menjalankannya.Perkembangan
keagamaan individu merujuk pada penerimaan keyakinan,
nilai, aturan dan ritual tertentu.
Secara ringkas dapat dinyatakan bahwa seseorang terpenuhi kebutuhan
spiritualnya apabila mampu :
1)
Merumuskan arti personal yang positif
tentang tujuan keberadaannya di dunia/kehidupan.
2)
Mengembangkan arti penderitaan dan
meyakini hikmah dari suatu kejadian/penderitaan.
3)
Menjalin hubungan yang positif dan
dinamis melalui keyakinan, rasa percaya diri dan cinta.
4)
Membina integritas personal dan merasa
diri berharga.
5)
Merasakan kehidupan yang terarah,
terlihat melalui harapan.
6)
Mengembangkan hubungan antar manusia
yang positif.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Spiritualitas
Faktor penting yang dapat mempengaruhi spiritualitas
seseorang adalah :
1)
Pertimbangan faktor perkembangan.Berdasarkan
hasil penelitian terhadap anak-anak dengan empat agama yang berbeda ditemukan bahwa mereka mempunyai persepsi tentang Tuhan
dan bentuk sembahyang yang berbeda
menurut usia, seks, agama, dan kepribadian anak. Tema utama yang diuraikan
oleh semua anak tentang Tuhan mencakup :
(a) Gambaran
tentang Tuhan yang bekerja melaui kedekatan dengan manusia dan saling berkaitan dengan kehidupan.
(b) Mempercayai
bahwa Tuhan terlibat dalam perubahan dan pertumbuhan diri serta transformasi
yang membuat dunia tetap segar, penuh kehidupan dan berarti.
(c)Meyakini bahwa Tuhan mempunyai kekuatan dan selanjutnya
merasa takut menghadapi kekuasaan Tuhan
(d)Gambaran cahaya atau sinar
2)Keluarga.Peran orang tua sangat penting dalam menentukan perkembangan
spiritualitas anak. Anak belajar bukan dari apa yang diajarkan oleh
orang tua kepadanya tentang Tuhan, tetapi apa yang anak
pelajari mengenai Tuhan, kehidupan dan diri sendiri dari perilaku orang tua mereka.Oleh karena keluarga merupakan lingkungan terdekat
dan pengalaman pertama anak dalam mempersepsikan kehidupan
di dunia, maka pandangan anak pada umumnya diwarnai oleh pengalaman mereka
dalam berhubungan dengan orang tua dan saudaranya.
3)Latar belakang etik dan budaya.Sikap, keyakinan dan nilai
dipengaruhi oleh latar belakang etnik dan sosial budaya.Pada umumnya
seseorang akan mengikuti tradisi agama dan spiritual keluarga.Anak belajar pentingnya menjalankan kegiatan agama termasuk nilai
moral dari hubungan keluarga dan peran serta
dalam berbagai bentuk kegiatan keagamaan.Perlu diperhatikan apapun tradisi agama atau sistem kepercayaan yang dianut
individu, tetap saja pengalaman spiritual unik bagi setiap individu.
4)Pengalaman hidup sebelumnya.Pengalaman
hidup baik yang positif maupun yang negatif dapat mempengaruhi system spiritualitas seseorang.Sebaliknya dapat dipengaruhi juga
oleh bagaimana seseorang mengartikan
kegiatan spiritual kejadian atau pengalaman tersebut.Pengalaman hidup yang menyenangkan seperti pernikahan, pelantikan
kelulusan, kenaikan pangkat atau jabatan dapat menimbulkan perasaan
bersyukur kepada Tuhan, namun ada juga yang tidak mensyukurinya.Peristiwa dalam kehidupan sering dianggap
sebagai suatu cobaan yang diberikan
Tuhan kepada manusia untuk menguji kekuatan imannya.Pada saat ini kebutuhan
sipiritual akan meningkat yang memerlukan kedalaman spiritual dan kemampuan
koping untuk memenuhinya.
5)Krisis dan perubahan.Krisis dan perubahan dapat
menguatkan kedalaman spiritual seseorang, dan krisis sering dialami ketika seseorang menghadapi
penyakit, penderitaan, proses penuaan, kehilangan bahkan kematian atau penyakit
dengan prognosa buruk.Perubahan dalam kehidupan dan krisis yang
sering dihadapi tersebut merupakan pengalaman spiritual selain juga pengalaman yang bersifat
fisikal dan emosional.Krisis bisa
berhubungan dengan perubahan fisiologi, terapi, atau situasi yang mempengaruhi seseorang.Apabila klien
dihadapkan pada kematian, maka keyakinan spiritual
dan keinginan untuk sembahyang atau berdoa lebih tinggi dibandingkan
dengan pasien yang berpenyakit terminal.
6)Terpisah dari ikatan spiritual.Menderita
penyakit terutama yang bersifat akut, sering membuat individu merasa terisolasi dan kehilangan kebebasan diri dan sistem
dukungan sosial (sosial support sistem).Klien
yang dirawat merasa terisolasi dalam ruangan yang asing baginya dan merasa tidak aman.Kebiasaan hidup sehari-hari juga
berubah, antara lain tidak dapat menghadiri
acara resmi, mengikuti kegiatan keagamaan atau tidak dapat berkumpul dengan anggota keluarga atau teman
dekat yang biasanya memberikan dukungan setiap saat diinginkan. Terpisahnya klien dari ikatan spiritual
berisiko terjadinya perubahan fungsi sipiritualnya.
7)Isu moral terkait dengan terapi.Pada kebanyakan
agama, proses penyembuhan dianggap sebagai cara Tuhan menunjukkan kesabarannya, walaupun ada juga agama yang
menolak intervensi pengobatan.Prosedur
medis seringkali dapat dipengaruhi oleh pengajaran agama, seperti sirkumsisi,
transpalantasi organ, pencegahan kehamilan, sterilisasi, konflik antara jenis terapi
dengan keyakinan agama sering dialami oleh klien dan tenaga kesehatan.
8)Asuhan keperawatan yang kurang sesuai.Ketika
memberikan asuhan keperawatan klien, perawat diharapkan peka terhadap kebutuhan spiritual klien, tetapi dengan berbagai alasan
ada kemungkinan perawat juga menghindari untuk
memberikan asuhan spiritual.Alasan tersebut antara lain karena perawat
merasa kurang nyaman dengan kehidupan spiritualnya,kurang menganggap penting kebutuhan spiritual,
tidak mendapatkan pendidikan tentang aspek spiritual dalam keperawatan,
atau merasa bahwa pemenuhan kebutuhan spritual klien bukan menjadi tugasnya
tetapi tanggung jawab pemuka agama.
Peran Perawat Dalam Memenuhi Kebutuhan
Spiritual Klien
Mengingat perawat merupakan orang yang pertama dan secara konsisten
selama 24 jam sehari menjalin kontak dengan
pasien, perawat sangat berperan dalam membantu memenuhi kebutuhan
spiritual pasien.Baik dengan mengusahakan kemudahan seperti mendatangkan pemuka
agama sesuai dengan agama yang diyakini pasien, memberikan privacy untuk berdoa, atau memberi kelonggaran bagi pasien untuk
berinteraksi dengan orang lain (keluarga/ teman).Menjalin komunikasi yang
terapeutik terhadap pasien yang sedang menghadapi kematian juga merupakan bagian dari pemenuhan
kebutuhan spiritual pasien.
Asuhan Keperawatan Klien Dengan Distres Spiritual
Distres spiritual adalah suatu keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau berisiko mengalami gangguan dalam kepercayaan atau
sistem nilai yang memberikan kekuatan, harapan dan arti kehidupan.
B.
Pengertian
Religius
1.
Pengertian Agama
Berdasarkan
sudut pandang " agama" dianggap sebagai kata yang berasal dari bahasa
sansekerta yang artinya "tidak kacau". Agam diambil dari dua akar
suku kata, yaitu a yang bearti "tidak " dan gama yang bearti
"kacau" . hal itu mengandung pengerian bahwa agama adalah suatu
peraturan yang mengatur kehidupan manusia agar tidak kacau.
Dalam
bahasa arab, agama dikenal dengan kata Al-din dan Al-milah. Kata al-din sendiri
mengandung berbagai arti. Ia dapat diartikan al-hud mulk (kerajaan), al-khidmat
(pelayanan), al-izz (kejayaan), al-dzull (kehinaan), al-ikrah(pemaksaan),
al-ihsan (kebajikan), al-adat (kebiasaan), al-ibadat (pengabdian), al-qahr wa
al- sulthan (kekuasaan dan pemerintahan). Sedangkan pengertian al-din yang
bearti agama adalah nama yang bersifat umum. Artinya tidak ditujukan pada salah
satu agama, ia adalah nama untuk setiap kepercayaan di dunia ini.
Adapun
Agama dalam pengertian sisiologi adalah gejalah social yang umum dan dimiliki
oleh seluruh masyarakat yang ada didunia ini, tanpa kecuali. Ia merupakan salah
satu aspek dalam kehidupan social dan bagian dari system social suatu
masyarakat. Agama juga bias dilihat sebagai unsur dari kebudayaan suatu
masyarakt disamping unsur – unsur yang lain, seperti keseniaan, bahasa, system
mata pencaharian, system peralatan, dan system organisai social.
Dilihat
dari sudut kategori pemahaman manusia, agama memiliki dua segi yang membedakan
dalam prwujudannya, yaitu sebagai berikut:
1. Segi kejiwaan yaitu
suatu kondisi subjektif atau kondisi jiwa manusia, berkenaan dengan apa yang
dirasakan oleh penganut agama. Kondisi inilah yang biasanya disebut kondisi
agama, yaitu kondisi patuh dan taat kepada yang disembah.
2.
Segi Objektif yatu segi luar yang disebut juga kejadian objektif, dimensi
empiris dari agama.
2.
Pengertian Religi
Adapun
kata religi berasal dari bahasa latin. Menurut satu pendapat, demikian Harun
Nasution Mengatakan, bahwa asal kata religi adalah relegere yang
mengandung arti mengumpulkan dan membaca. Pengerian demikian itu juga sejalan
dengan isi agama yang mengandung kumpulan cara – cara mengabdi pada tuhan yang
terkumpul dalam kitab suci yang harus di baca. Menurut pendapat lain, kata itu
berasal dari kata religare yang berarti mengikat. Ajaran – ajran agama memang
mempunyai sifat mengikat bagi manusia. Dalam agama selanjutnya terdapat pula
dari ikatan roh manusia dengan tuhan, dan agama lebih lanjut lagi memang
mengikat manusia dengan tuhan.
Dari
beberapa definisi tersebut, akhirnya Harun Nasution menyimpulkan bahwa intisari
yang terkandung istilah – istilah diatas ialah ikatan. Agama memang mengandung
arti ikatan yang harus dipegang dan dipatui manusia. Ikatan ini mempunyai
pengaruh besar sekali terhadap kehidupan manusia sehari –hari. Ikatan itu
berasal dari suatu kekuatan yang lebih tinggi dari manusia. Satu kekuatan ghoib
yang tidak dapat oleh panca indra,.
3.
Latar Belakang Perlunya Manusia Terhadap Agama
Ada
tiga alasan yang melatar belakangi perlunya manusia terhadap agama. Ketiga
alasan tersebut secara singkat dapat dikemukakan sebagai berikut.
1.
Latar Belakang Fitrah Manusia
Kenyataan
bahwa manusia memiliki fitrah keagamaan tersebut untuk pertama kali ditegaskan
dalam ajaran islam, yakni bahwa agama adalah kebutuhan firah manusia.
Sebelumnya komah manusia belum mengenal kennyataan ini. Baru dimasa akhir –
akhir ini, muncul beberapa orang yang menyerukan dan mempopulerkankanny, fitrah
keagamaan yang ada dalam diri manusia inilah yang melatar belakangi perlunnya
manusia terhadap agama.
2.
Kelemahan Dan Kekurangan Manusia
Factor
lainnya yang melatar belakangi manusia memerlukan agama adalah karna disamping
manusia memiliki berbagai kesempurnaan juga memiliki kekurangan .
3.
Tantangan Manusia
Factor lain yang menyebabkan manusi memerlukan agama
adalah karena manusia dalam kehidupanya senantiasa menghadapi berbagai
tantangan baik yang datang dari dalam maupun luar. Tantangan dari dalam dapat
berupa dorongan hawa nafsu dan bisikan dari setan, sedankan tantangan dari luar
dapat berupa rekayasa dan upaya – upaya yamg dilakukan manusia yang secara
sengaja brupaya ingin memalingkan manusia dari tuhan.
C.
Keterkaitan Antara Spiritualitas, Kesehatan
dan Sakit
Keyakinan spiritual sangat penting bagi perawat karena dapat
mempengaruhi tingkatkesehatan dan perilaku. Menurut Taylor C. dkk (1989:1101), ada beberapa pengaruh dari
keyakinan spiritual yang perlu dipahami adalah sebagai berikut :
1)Menuntun kebiasaan hidup sehari-hari.Praktek tertentu berhubungan dengan
dengan pelayanan kesehatan mungkin mempunyaimakna
bagi klien. Sebagi contoh ada agama yang menetapkan makanan yang boleh dan tidak
boleh dimakan. Begitu pula metode keluarga berencana ada agama yang melarang cara tertentu untuk mencegah
kehamilan termasuk terapi medik atau pengobatan.
2)Sumber dukungan.Pada saat stres individu akan mencari
dukungan dari keyakinan agamanya. Dukungan ini sangat diperlukan untuk menerima
keadaan sakit yang dialami, khususnya jika penyakit tersebut
memerlukan proses penyembuhan yang lama dan hasilnya belum pasti.Sembahyang atau
berdoa, membaca kitab suci dan praktek keagamaan lainnya sering membantu
memenuhi kebutuhan spiritual yang juga merupakan suatu perlindungan.
3)Sumber kekuatan dan penyembuhan.Nilai dari
keyakinan agama tidak dapat dipahami dengan mudah dan dievaluasi.Walaupun
demikian pengaruh keyakinan tersebut dapat diamati oleh tenaga kesehatan dengan mengetahui bahwa individu cenderung dapat menahan
distress fisik yang luar biasa karena mempunyai keyakinan yang kuat.
Keluarga klien akan mengikuti semua proses penyembuhan yang memerlukan upaya luar biasa,
karena keyakinan bahwa semua upaya tersebut akan berhasil.
4)Sumber konflik Pada suatu situasi tertentu, bisa
terjadi konflik antara keyakinan agama dengan praktek kesehatan. Misalnya
ada orang yang memandang penyakit sebagai suatu hukuman atas dosa.
Ada agama tertentu yang menganggap manusia sebagai makluk yang tidak berdaya dalam
pengendalian lingkungannya, oleh karena itu penyakit diterima sebagai nasib bukan sebagai sesuatu yang
disembuhkan.
Sakit adalah konsep abstrak yang menunjuk adanya
sensasi luka yang sifatnya pribadi (privat, personal) atau suatu stimulus
berbahaya yang saat ini atau pada masa mendatang merusak jaringan tubuh.Sakit merupakan pengalaman subyektif yang sulit
dimengerti oleh orang lain, termasuk perawat. Hal ini digambarkan Copp (Baylor, 1982) dari hasil
surveinya. Ia melaporkan, banyak pasien merasa bahwa para perawat tidak peduli
terhadap respons sakit pasien. Peneliti lain, Taylor, menyatakan bahwa pasien
di rumah sakit menunjukkan gejala-gejala psikologis, terutama kecemasan dan
depresi, sehingga tidak menutup kemungkinan kondisi psikologis ini justru akan
memperparah sakit mereka.
Augmenters adalah orang yang membesar-besarkan pengalaman sakit dan
sebaliknya reducers adalah orang yang menganggap ringan
pengalaman sakit. Perawat ataupun pasien, ada yang termasuk augmenters, ada
yang reducers.
Kombinasi augmenters
dan reducers pada perawat dan pasien dapat menghasilkan komplikasi dalam
menjajaki dan menangani pasien dengan pengalaman sakit.
Meski umumnya kondisi sakit dirasa tidak menyenangkan, banyak pasien yang melaporkan bahwa pengalaman sakit dapat bernilai atau merupakan peristiwa yang bermakna.
Meski umumnya kondisi sakit dirasa tidak menyenangkan, banyak pasien yang melaporkan bahwa pengalaman sakit dapat bernilai atau merupakan peristiwa yang bermakna.
E.Pentingnya spiritualitas
Spiritualitas adalah kata kunci yang
membuat seseorang menemukan makna hidupnya. Tidak ada definisi yang mutlak
untuk spiritualitas. Meski begitu, seorang penulis pada jurnal kesehatan di
Inggris mencoba merangkum esensi spiritualitas dalam konteks kesehatan sebagai
berikut: "Spiritualitas adalah suatu kualitas yang
melebihi afiliasi religius, yang membangkitkan inspirasi, penghormatan,
perasaan kagum, makna, dan tujuan…. Dimensi spiritualitas meliputi usaha untuk
menjaga harmoni dengan alam semesta dan berusaha keras menemukan
jawaban-jawaban atas sesuatu yang tak terbatas dan menemukan fokus ketika
seseorang menghadapi tekanan emosional, sakit fisik, dan kematian."
Hasil survei tersebut
tampak sesuai dengan kenyataan. Banyak orang yang justru menemukan makna
hidupnya melalui pengalaman sakit. Hal tersebut tampaknya terjadi karena mereka
yang sakit, seperti halnya orang lain yang sedang menghadapi penderitaan atau
kesulitan hidup lainnya, membutuhkan jawaban atas kondisi mereka yang terbatas.
Mereka merindukan jawaban atas masalah yang tidak sanggup dihadapi sendiri
dengan keterbatasannya.
Dalam kondisi tak
seimbang dengan penyakit yang diderita, seseorang dihadapkan pada kenyataan
untuk menjaga harmoni dengan alam semesta, berusaha keras menemukan jawaban
atas sesuatu yang tak terbatas, dan menemukan fokus ketika menghadapi tekanan
emosional, sakit fisik, dan kematian.Dari sini akhirnya lahirlah inspirasi,
perasaan hormat dan kagum akan kehidupan, perasaan akan makna dan tujuan.
Itulah spiritualitas yang berkembang dalam keadaan sakit
“Cinta inilah yang merupakan sumber
spiritualitas mereka. Cinta inilah yang memberikan inspirasi bagi mereka untuk
tetap bertahan hidup, menemukan kekuatan, makna, dan tujuan.”
F. Kepercayaan
Religius
Dalam hampir
setiap pembicaraan dengan berbagai rekan, dapat muncul
pernyataan
yang mengingatkan agar kita tidak
boleh memakai logika untuk membicarakan hal-hal yang menyangkut agama, apalagi tuhan.Tuhan hanya dapat dirasakan
keberadaannya di hati.Tuhan yang tak terbatas
tidak dapat dijelaskan sepenuhnya oleh
logika manusia yang sangat
terbatas.Tapi yang kemudian
terjadi justru sangat kontradiktif, dimana orang beragama diharuskan untuk
melandaskan pemahamannya tentang tuhan semata-mata pada keterbatasan logika dan
cara pandang
orang-orang terkemuka maupun para nabi yang pernah hidup di jaman ribuan tahun yang lalu
yang diajarkan
dari mulut ke mulut dan kemudian dituliskan dalam apa yang menjadi kumpulan manuskrip yang lalu dianggap sebagai
inspirasi roh atau bisikan malaikat dan kemudian dijadikan sebagai kitab
suci.
Dan karena karena telah dianggap "suci" -bahkan masih banyak yang meyakini alkitab sebagai tulisan atau kata-kata dari Tuhan sendiri- sehingga pada akhirnya tidak boleh diperbantahkan oleh siapapun.Kepercayaan dan tradisi dalam agama seringkali tidak boleh dipertanyakan, karena mempertanyakan agama ekuivalen dengan mempertanyakan atau dapat dianggap meragukan tuhan, dinilai imannya lemah, bahkan
dapat dicap sesat, murtad.
Sebagian besar pengikut aliran kepercayaan agama (islam, kristen, dan
lainnya) telah banyak mengesampingkan, dan menekan, merepresi akal budi, logika kita sebagai mahluk yang memiliki kapasitas
intelektual tinggi, demi suatu dogma atau kepercayaan yang menjatuhkan
akhlak manusia ke tingkat yang sulit dibayangkan untuk abad ini, yang dilandaskan semata-mata pada sebuah hasil terjemahan ribuan
tahun- kitab yang diterima dan diagungkan sebagai satu-satunya sumber
kebenaran yang mutlak.
Oleh karena satu hal
dan yang lain yang saling kontradiktif tersebut, saya dapat memahami mengapa orang
dalam beragamanya merasa perlu menekan bahkan menghilangkan rasionalitas,
logikanya, yang akibatnya justru fatal.