Selasa, 16 Juli 2013

Kebutuhan Dasar Manusia



BAB I
KONSEP SPIRITUAL
A.     Pengertian Spiritual
Kata spiritual berasal dari kata spirit yang diartikan sebagai semangat, penuh harapan, dan optimis.Simsen mengatakan bahwa spirit artinya pandangan mengenai jiwa manusia dan keprihatinannya terhadap makna akhir dan realitas kehidupan yang abadi.Keyakinan spiritual atau spiritualitas adalah keyakinan dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Pencipta.Menurut Burkhardt (1983), spiritualitas meliputi aspek sebagai berikut :
1)   Berhubungan dengan sesuatu yang tidak diketahui atau ketidakpastian dalam kehidupan.
2)   Menemukan arti dan tujuan hidup.
3)   Menyadari kemampuan untuk menggunakan sumber dan kekuatan dalam diri sendiri.
4)   Mempunyai perasaan keterikatan dengan diri sendiri dan dengan Yang Maha Tinggi
Dimensi spiritual berupaya untuk mempertahankan keharmonisan atau keselarasan dengan dunia luar, berjuang untuk menjawab atau mendapatkan kekuatan ketika sedang menghadapi stres emosional, penyakit fisik, atau kematian.Kekuatan timbul diluar kemampuan manusia.Spiritualitas sebagai suatu yang multidimensi, yaitu dimensi eksistensial dan dimensi agama. Dimensi eksistensial berfokus pada tujuan dan arti kehidupan, sedangkan dimensi agama lebih berfokus pada hubungan seseorang dengan Tuhan Yang Maha Penguasa.
Selanjutnya menguraikan bahwa spiritualitas sebagai konsep dua dimensi yaitu dimensi vertikal adalah hubungan dengan Tuhan atau Yang Maha Tinggi yang menuntun kehidupan seseorang, sedangkan dimensi horisontal adalah hubungan seseorang dengan diri sendiri, dengan orang lain dan dengan lingkungan.
Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan untuk mempertahankan atau mengembalikan keyakinan dan memenuhi kewajiban agama, serta kebutuhan untuk mendapatkan maaf atau pengampunan, mencintai, menjalin hubungan rasa percaya dengan Tuhan.Artinya kebutuhan untuk mencari arti dan tujuan hidup, kebutuhan untuk mencintai dan dicintai serta keterikatan, dan kebutuhan untuk memberikan maaf/pengampunan.
Mempunyai kepercayaan atau keyakinan berarti mempercayai atau mempunyai komitmen terhadap sesuatu atau seseorang.Secara umum agama atau keyakinan spiritual merupakan upaya seseorang untuk memahami tempat seseorang di dalam kehidupan, yaitu bagaimana seseorang melihat dirinya dalam hubungannya dengan lingkungan secara menyeluruh.
Pengertian Agama
Agama merupakan suatu sistem ibadah yang terorganisasi atau teratur.Agama mempunyai keyakinan sentral dan praktik yang biasanya berhubungan dengan kelahiran,kematian, perkawinan dan keselamatan/penyelamatan (salvation).Agama mempunyai aturan-aturan tertentu yang dipraktikan dalam kehidupan sehari-hari yang memberikan kepuasan bagi yang menjalankannya.Perkembangan keagamaan individu merujuk pada penerimaan keyakinan, nilai, aturan dan ritual tertentu.
Secara ringkas dapat dinyatakan bahwa seseorang terpenuhi kebutuhan spiritualnya apabila mampu :
1)   Merumuskan arti personal yang positif tentang tujuan keberadaannya di dunia/kehidupan.
2)   Mengembangkan arti penderitaan dan meyakini hikmah dari suatu kejadian/penderitaan.
3)   Menjalin hubungan yang positif dan dinamis melalui keyakinan, rasa percaya diri dan cinta.
4)   Membina integritas personal dan merasa diri berharga.
5)   Merasakan kehidupan yang terarah, terlihat melalui harapan.
6)   Mengembangkan hubungan antar manusia yang positif.
Faktor-Faktor yang  Mempengaruhi Spiritualitas
Faktor penting yang dapat mempengaruhi spiritualitas seseorang adalah :
1) Pertimbangan faktor perkembangan.Berdasarkan hasil penelitian terhadap anak-anak dengan empat agama yang berbeda ditemukan bahwa mereka mempunyai persepsi tentang Tuhan dan bentuk sembahyang yang berbeda menurut usia, seks, agama, dan kepribadian anak. Tema utama yang diuraikan oleh semua anak tentang Tuhan mencakup :
(a) Gambaran tentang Tuhan yang bekerja melaui kedekatan dengan manusia dan saling berkaitan dengan kehidupan.
(b) Mempercayai bahwa Tuhan terlibat dalam perubahan dan pertumbuhan diri serta transformasi yang membuat dunia tetap segar, penuh kehidupan dan berarti.
(c)Meyakini bahwa Tuhan mempunyai kekuatan dan selanjutnya merasa takut menghadapi kekuasaan Tuhan
(d)Gambaran cahaya atau sinar 
2)Keluarga.Peran orang tua sangat penting dalam menentukan perkembangan spiritualitas anak. Anak  belajar bukan dari apa yang diajarkan oleh orang tua kepadanya tentang Tuhan, tetapi apa yang anak pelajari mengenai Tuhan, kehidupan dan diri sendiri dari perilaku orang tua mereka.Oleh karena keluarga merupakan lingkungan terdekat dan pengalaman pertama anak dalam mempersepsikan kehidupan di dunia, maka pandangan anak pada umumnya diwarnai oleh pengalaman mereka dalam berhubungan dengan orang tua dan saudaranya.
3)Latar belakang etik dan budaya.Sikap, keyakinan dan nilai dipengaruhi oleh latar belakang etnik dan sosial budaya.Pada umumnya seseorang akan mengikuti tradisi agama dan spiritual keluarga.Anak belajar pentingnya menjalankan kegiatan agama termasuk nilai moral dari hubungan keluarga dan peran serta dalam berbagai bentuk kegiatan keagamaan.Perlu diperhatikan apapun tradisi agama atau sistem kepercayaan yang dianut individu, tetap saja pengalaman spiritual unik bagi setiap individu.
4)Pengalaman hidup sebelumnya.Pengalaman hidup baik yang positif maupun yang negatif dapat mempengaruhi system spiritualitas seseorang.Sebaliknya dapat dipengaruhi juga oleh bagaimana seseorang mengartikan kegiatan spiritual kejadian atau pengalaman tersebut.Pengalaman hidup yang menyenangkan seperti pernikahan, pelantikan kelulusan, kenaikan pangkat atau jabatan dapat menimbulkan perasaan bersyukur kepada Tuhan, namun ada juga yang tidak mensyukurinya.Peristiwa dalam kehidupan sering dianggap sebagai suatu cobaan yang diberikan Tuhan kepada manusia untuk menguji kekuatan imannya.Pada saat ini kebutuhan sipiritual akan meningkat yang memerlukan kedalaman spiritual dan kemampuan koping untuk memenuhinya.
5)Krisis dan perubahan.Krisis dan perubahan dapat menguatkan kedalaman spiritual seseorang, dan krisis sering dialami ketika seseorang menghadapi penyakit, penderitaan, proses penuaan, kehilangan bahkan kematian atau penyakit dengan prognosa buruk.Perubahan dalam kehidupan dan krisis yang sering dihadapi tersebut merupakan pengalaman spiritual selain juga pengalaman yang bersifat fisikal dan emosional.Krisis bisa berhubungan dengan perubahan fisiologi, terapi, atau situasi yang mempengaruhi seseorang.Apabila klien dihadapkan pada kematian, maka keyakinan spiritual dan keinginan untuk sembahyang atau berdoa lebih tinggi dibandingkan dengan pasien yang berpenyakit terminal.
6)Terpisah dari ikatan spiritual.Menderita penyakit terutama yang bersifat akut, sering membuat individu merasa terisolasi dan kehilangan kebebasan diri dan sistem dukungan sosial (sosial support sistem).Klien yang dirawat merasa terisolasi dalam ruangan yang asing baginya dan merasa tidak aman.Kebiasaan hidup sehari-hari juga berubah, antara lain tidak dapat menghadiri acara resmi, mengikuti kegiatan keagamaan atau tidak dapat berkumpul dengan anggota keluarga atau teman dekat yang biasanya memberikan dukungan setiap saat diinginkan. Terpisahnya klien dari ikatan spiritual berisiko terjadinya perubahan fungsi sipiritualnya.
7)Isu moral terkait dengan terapi.Pada kebanyakan agama, proses penyembuhan dianggap sebagai cara Tuhan menunjukkan kesabarannya, walaupun ada juga agama yang menolak intervensi pengobatan.Prosedur medis seringkali dapat dipengaruhi oleh pengajaran agama, seperti sirkumsisi, transpalantasi organ, pencegahan kehamilan, sterilisasi, konflik antara jenis terapi dengan keyakinan agama sering dialami oleh klien dan tenaga kesehatan.
8)Asuhan keperawatan yang kurang sesuai.Ketika memberikan asuhan keperawatan klien, perawat diharapkan peka terhadap kebutuhan spiritual klien, tetapi dengan berbagai alasan ada kemungkinan perawat juga menghindari untuk memberikan asuhan spiritual.Alasan tersebut antara lain karena perawat merasa kurang nyaman dengan kehidupan spiritualnya,kurang menganggap penting kebutuhan spiritual, tidak mendapatkan pendidikan tentang aspek spiritual dalam keperawatan, atau merasa bahwa pemenuhan kebutuhan spritual klien bukan menjadi tugasnya tetapi tanggung jawab pemuka agama.
Peran Perawat Dalam Memenuhi Kebutuhan Spiritual Klien
Mengingat perawat merupakan orang yang pertama dan secara konsisten selama 24 jam sehari menjalin kontak dengan pasien, perawat sangat berperan dalam membantu memenuhi kebutuhan spiritual pasien.Baik dengan mengusahakan kemudahan seperti mendatangkan pemuka agama sesuai dengan agama yang diyakini pasien, memberikan privacy untuk berdoa, atau memberi kelonggaran bagi pasien untuk berinteraksi dengan orang lain (keluarga/ teman).Menjalin komunikasi yang terapeutik terhadap pasien yang sedang menghadapi kematian juga merupakan bagian dari pemenuhan kebutuhan spiritual pasien.
Asuhan Keperawatan Klien Dengan Distres Spiritual
Distres spiritual adalah suatu keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau berisiko mengalami gangguan dalam kepercayaan atau sistem nilai yang memberikan kekuatan, harapan dan arti kehidupan.
B.     Pengertian Religius
1. Pengertian Agama
Berdasarkan sudut pandang " agama" dianggap sebagai kata yang berasal dari bahasa sansekerta yang artinya "tidak kacau". Agam diambil dari dua akar suku kata, yaitu a yang bearti "tidak " dan gama yang bearti "kacau" . hal itu mengandung pengerian bahwa agama adalah suatu peraturan yang mengatur kehidupan manusia agar tidak kacau.
Dalam bahasa arab, agama dikenal dengan kata Al-din dan Al-milah. Kata al-din sendiri mengandung berbagai arti. Ia dapat diartikan al-hud mulk (kerajaan), al-khidmat (pelayanan), al-izz (kejayaan), al-dzull (kehinaan), al-ikrah(pemaksaan), al-ihsan (kebajikan), al-adat (kebiasaan), al-ibadat (pengabdian), al-qahr wa al- sulthan (kekuasaan dan pemerintahan). Sedangkan pengertian al-din yang bearti agama adalah nama yang bersifat umum. Artinya tidak ditujukan pada salah satu agama, ia adalah nama untuk setiap kepercayaan di dunia ini.
Adapun Agama dalam pengertian sisiologi adalah gejalah social yang umum dan dimiliki oleh seluruh masyarakat yang ada didunia ini, tanpa kecuali. Ia merupakan salah satu aspek dalam kehidupan social dan bagian dari system social suatu masyarakat. Agama juga bias dilihat sebagai unsur dari kebudayaan suatu masyarakt disamping unsur – unsur yang lain, seperti keseniaan, bahasa, system mata pencaharian, system peralatan, dan system organisai social.
Dilihat dari sudut kategori pemahaman manusia, agama memiliki dua segi yang membedakan dalam prwujudannya, yaitu sebagai berikut:
1. Segi kejiwaan yaitu suatu kondisi subjektif atau kondisi jiwa manusia, berkenaan dengan apa yang dirasakan oleh penganut agama. Kondisi inilah yang biasanya disebut kondisi agama, yaitu kondisi patuh dan taat kepada yang disembah.
2. Segi Objektif yatu segi luar yang disebut juga kejadian objektif, dimensi empiris dari agama.
2. Pengertian Religi
Adapun kata religi berasal dari bahasa latin. Menurut satu pendapat, demikian Harun Nasution Mengatakan, bahwa asal kata religi adalah relegere yang mengandung arti mengumpulkan dan membaca. Pengerian demikian itu juga sejalan dengan isi agama yang mengandung kumpulan cara – cara mengabdi pada tuhan yang terkumpul dalam kitab suci yang harus di baca. Menurut pendapat lain, kata itu berasal dari kata religare yang berarti mengikat. Ajaran – ajran agama memang mempunyai sifat mengikat bagi manusia. Dalam agama selanjutnya terdapat pula dari ikatan roh manusia dengan tuhan, dan agama lebih lanjut lagi memang mengikat manusia dengan tuhan.
Dari beberapa definisi tersebut, akhirnya Harun Nasution menyimpulkan bahwa intisari yang terkandung istilah – istilah diatas ialah ikatan. Agama memang mengandung arti ikatan yang harus dipegang dan dipatui manusia. Ikatan ini mempunyai pengaruh besar sekali terhadap kehidupan manusia sehari –hari. Ikatan itu berasal dari suatu kekuatan yang lebih tinggi dari manusia. Satu kekuatan ghoib yang tidak dapat oleh panca indra,.
3. Latar Belakang Perlunya Manusia Terhadap Agama
Ada tiga alasan yang melatar belakangi perlunya manusia terhadap agama. Ketiga alasan tersebut secara singkat dapat dikemukakan sebagai berikut.
1. Latar Belakang Fitrah Manusia
Kenyataan bahwa manusia memiliki fitrah keagamaan tersebut untuk pertama kali ditegaskan dalam ajaran islam, yakni bahwa agama adalah kebutuhan firah manusia. Sebelumnya komah manusia belum mengenal kennyataan ini. Baru dimasa akhir – akhir ini, muncul beberapa orang yang menyerukan dan mempopulerkankanny, fitrah keagamaan yang ada dalam diri manusia inilah yang melatar belakangi perlunnya manusia terhadap agama.
2. Kelemahan Dan Kekurangan Manusia
Factor lainnya yang melatar belakangi manusia memerlukan agama adalah karna disamping manusia memiliki berbagai kesempurnaan juga memiliki kekurangan .
3. Tantangan Manusia
Factor lain yang menyebabkan manusi memerlukan agama adalah karena manusia dalam kehidupanya senantiasa menghadapi berbagai tantangan baik yang datang dari dalam maupun luar. Tantangan dari dalam dapat berupa dorongan hawa nafsu dan bisikan dari setan, sedankan tantangan dari luar dapat berupa rekayasa dan upaya – upaya yamg dilakukan manusia yang secara sengaja brupaya ingin memalingkan manusia dari tuhan.
C.      Keterkaitan Antara Spiritualitas, Kesehatan dan Sakit
Keyakinan spiritual sangat penting bagi perawat karena dapat mempengaruhi tingkatkesehatan dan perilaku. Menurut Taylor C. dkk (1989:1101), ada beberapa pengaruh dari keyakinan spiritual yang perlu dipahami adalah sebagai berikut :
1)Menuntun kebiasaan hidup sehari-hari.Praktek tertentu berhubungan dengan dengan pelayanan kesehatan mungkin mempunyaimakna bagi klien. Sebagi contoh ada agama yang menetapkan makanan yang boleh dan tidak boleh dimakan. Begitu pula metode keluarga berencana ada agama yang melarang cara tertentu untuk mencegah kehamilan termasuk terapi medik atau pengobatan.
2)Sumber dukungan.Pada saat stres individu akan mencari dukungan dari keyakinan agamanya. Dukungan ini sangat diperlukan untuk menerima keadaan sakit yang dialami, khususnya jika penyakit tersebut memerlukan proses penyembuhan yang lama dan hasilnya belum pasti.Sembahyang atau berdoa, membaca kitab suci dan praktek keagamaan lainnya sering membantu memenuhi kebutuhan spiritual yang juga merupakan suatu perlindungan.
3)Sumber kekuatan dan penyembuhan.Nilai dari keyakinan agama tidak dapat dipahami dengan mudah dan dievaluasi.Walaupun demikian pengaruh keyakinan tersebut dapat diamati oleh tenaga kesehatan dengan mengetahui bahwa individu cenderung dapat menahan distress fisik yang luar  biasa karena mempunyai keyakinan yang kuat. Keluarga klien akan mengikuti semua proses penyembuhan yang memerlukan upaya luar biasa, karena keyakinan bahwa semua upaya tersebut akan berhasil.
4)Sumber konflik Pada suatu situasi tertentu, bisa terjadi konflik antara keyakinan agama dengan praktek kesehatan. Misalnya ada orang yang memandang penyakit sebagai suatu hukuman atas dosa. Ada agama tertentu yang menganggap manusia sebagai makluk yang tidak berdaya dalam pengendalian lingkungannya, oleh karena itu penyakit diterima sebagai nasib bukan sebagai sesuatu yang disembuhkan.
Sakit adalah konsep abstrak yang menunjuk adanya sensasi luka yang sifatnya pribadi (privat, personal) atau suatu stimulus berbahaya yang saat ini atau pada masa mendatang merusak jaringan tubuh.Sakit merupakan pengalaman subyektif yang sulit dimengerti oleh orang lain, termasuk perawat. Hal ini digambarkan Copp (Baylor, 1982) dari hasil surveinya. Ia melaporkan, banyak pasien merasa bahwa para perawat tidak peduli terhadap respons sakit pasien. Peneliti lain, Taylor, menyatakan bahwa pasien di rumah sakit menunjukkan gejala-gejala psikologis, terutama kecemasan dan depresi, sehingga tidak menutup kemungkinan kondisi psikologis ini justru akan memperparah sakit mereka.
Augmenters adalah orang yang membesar-besarkan pengalaman sakit dan sebaliknya reducers adalah orang yang menganggap ringan pengalaman sakit. Perawat ataupun pasien, ada yang termasuk augmenters, ada yang reducers.
Kombinasi augmenters dan reducers pada perawat dan pasien dapat menghasilkan komplikasi dalam menjajaki dan menangani pasien dengan pengalaman sakit.
Meski umumnya kondisi sakit dirasa tidak menyenangkan, banyak pasien yang melaporkan bahwa pengalaman sakit dapat bernilai atau merupakan peristiwa yang bermakna.
E.Pentingnya spiritualitas
Spiritualitas adalah kata kunci yang membuat seseorang menemukan makna hidupnya. Tidak ada definisi yang mutlak untuk spiritualitas. Meski begitu, seorang penulis pada jurnal kesehatan di Inggris mencoba merangkum esensi spiritualitas dalam konteks kesehatan sebagai berikut: "Spiritualitas adalah suatu kualitas yang melebihi afiliasi religius, yang membangkitkan inspirasi, penghormatan, perasaan kagum, makna, dan tujuan…. Dimensi spiritualitas meliputi usaha untuk menjaga harmoni dengan alam semesta dan berusaha keras menemukan jawaban-jawaban atas sesuatu yang tak terbatas dan menemukan fokus ketika seseorang menghadapi tekanan emosional, sakit fisik, dan kematian."
Hasil survei tersebut tampak sesuai dengan kenyataan. Banyak orang yang justru menemukan makna hidupnya melalui pengalaman sakit. Hal tersebut tampaknya terjadi karena mereka yang sakit, seperti halnya orang lain yang sedang menghadapi penderitaan atau kesulitan hidup lainnya, membutuhkan jawaban atas kondisi mereka yang terbatas. Mereka merindukan jawaban atas masalah yang tidak sanggup dihadapi sendiri dengan keterbatasannya.
Dalam kondisi tak seimbang dengan penyakit yang diderita, seseorang dihadapkan pada kenyataan untuk menjaga harmoni dengan alam semesta, berusaha keras menemukan jawaban atas sesuatu yang tak terbatas, dan menemukan fokus ketika menghadapi tekanan emosional, sakit fisik, dan kematian.Dari sini akhirnya lahirlah inspirasi, perasaan hormat dan kagum akan kehidupan, perasaan akan makna dan tujuan. Itulah spiritualitas yang berkembang dalam keadaan sakit
Cinta inilah yang merupakan sumber spiritualitas mereka. Cinta inilah yang memberikan inspirasi bagi mereka untuk tetap bertahan hidup, menemukan kekuatan, makna, dan tujuan.
F. Kepercayaan Religius
Dalam hampir setiap pembicaraan dengan berbagai rekan, dapat muncul 
pernyataan yang mengingatkan agar kita tidak boleh memakai logika untuk membicarakan hal-hal yang menyangkut agama, apalagi tuhan.Tuhan hanya dapat dirasakan keberadaannya di hati.Tuhan yang tak terbatas tidak dapat dijelaskan sepenuhnya  oleh logika manusia yang sangat terbatas.Tapi yang kemudian terjadi justru sangat kontradiktif, dimana orang beragama diharuskan untuk melandaskan pemahamannya tentang tuhan semata-mata pada keterbatasan logika dan cara pandang orang-orang terkemuka maupun para nabi yang pernah hidup di jaman ribuan tahun yang lalu yang diajarkan dari mulut ke mulut dan kemudian dituliskan dalam apa yang  menjadi kumpulan manuskrip yang lalu dianggap sebagai inspirasi roh atau bisikan malaikat dan kemudian dijadikan sebagai kitab suci.
Dan karena karena telah dianggap "suci" -bahkan masih banyak yang meyakini alkitab sebagai tulisan atau kata-kata dari Tuhan sendiri- sehingga pada akhirnya tidak boleh diperbantahkan oleh siapapun.Kepercayaan dan tradisi dalam agama seringkali tidak boleh dipertanyakan, karena mempertanyakan agama ekuivalen dengan mempertanyakan atau dapat dianggap meragukan tuhan, dinilai imannya lemah, bahkan
dapat dicap sesat, murtad.
Sebagian besar pengikut aliran kepercayaan agama (islam, kristen, dan  
lainnya) telah banyak mengesampingkan, dan menekan, merepresi akal budi, logika kita sebagai mahluk yang memiliki kapasitas
intelektual tinggi, demi suatu dogma atau kepercayaan yang menjatuhkan  
akhlak manusia ke tingkat yang sulit dibayangkan untuk abad ini, yang dilandaskan semata-mata pada sebuah hasil terjemahan ribuan
tahun- kitab yang diterima dan diagungkan sebagai satu-satunya sumber  
kebenaran yang mutlak.
Oleh karena satu hal dan yang lain yang saling kontradiktif tersebut, saya dapat memahami mengapa orang dalam beragamanya merasa perlu menekan bahkan menghilangkan rasionalitas, logikanya, yang akibatnya justru fatal.