Jumat, 03 Januari 2014

Menurunkan Berat Badan

Naah,, lo semua pasti kaget kan kalo denger kalimat ini.pasti kalian semua mikir  ini bo’ongan .Kali ini gue akan nulis salah satu tips atau cara untuk menurunkan berat badan.Apa yang gue tulis kali ini mungkin kalian semua sulit untuk percaya.Ini gue tulis karna gue sering ngebaca tentang tips-tips kesehatan baik di majalah kesehatan maupun di sosmed.alasan gue nulis ini karna gue banget-banget tertariknya sama tips ini.selain gak ribet juga bisa ngebantu untuk meningkatkan kesehatan yang lainnya.Mudah-mudahan bisa ngebantu lo pada yaa :D , untuk ngecek  bener atau gak nya let’s  read my blog .



Yap,, kalian bisa nurunin berat badan saat kalian tidur ,eiits,, tapi tidur dengan pulas yaa . percaya atau  gak nya semuanya terserah kalian yang ngebaca :D




                                                                     gue

Para ahli di bidang kedokteran sejak jaman dahulu percaya bahwa beberapa hormon mulai bekerja saat kalian tidur (ingat tidur pulas). Dua diantaranya adalah leptin dan ghrelin. Kedua hormon ini bertanggung jawab dalam membangkitkan selera makan. Pernah gak kalian ngerasa kehilangan nafsu makan setelah malam sebelumnya kalian begadang ? Kedua hormon inilah yang menjadi biang keroknya.*wow
Ghrelin merangsang selera makan makanya kita selalu ngerasa lapar setiap saat -_- , sementara leptin bertugas mengirimkan sinyal ke otak saat perut kita kenyang. Jadi, satunya membuat kita merasa lapar sementara yang lainnya membuat kita merasa kenyang.



Trus bagaimana hubungan kedua hormon ini ? Kekurangan tidur akan menurunkan kadar leptin sehingga membuat kita (aku dan kalian semua) tidak merasa kenyang meskipun kita sudah cukup makan. Tidur yang tidak cukup juga akan menyebabkan kadar ghrelin meningkat sehingga selera makan dirangsang, hal ini akan menyebabkan kita selalu merasa lapar dan keadaan ini sudah tentu tidak bagus untuk program penurunan berat badan. Kesimpulannya, bila kita kekurangan tidur maka secara tidak langsung berat badan akan meningkat.



Beberapa penelitian menunjukan hasil yang sama yaitu pada orang yang tidak tidur dengan semestinya, kadar leptinnya akan menurun sementara kadar ghrelin akan meningkat. Selera makan orang ini meningkat secara signifikan. Minatnya terhadap karbohidrat dan makanan yang berkalori tinggi juga meningkat hampir 45%.



Jadi, bila saat ini kalian sedang menjalani program penurunan berat badan, selain mengatur konsumsi diet dan olah raga, kalian juga harus cukup tidur. Delapan sampai sembilan jam sehari sudah cukup kok.



Tidur tidak hanya mengembalikan kondisi tubuh tetapi juga membantu menurunkan berat badan, pembentukan otot, perbaikan jaringan tubuh dan meningkatkan daya tahan tubuh.



Kalo kalian udah bosan baca tulisan gue ini, silakan tidur…..zzzzzzzzzzzzzzzzzzz :D

Rabu, 01 Januari 2014

Proses Penuaan



PROSES PENUAAN
A.     Pengertian Lansia
Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Dalam  mendefinisikan batasan penduduk lanjut usia menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana  Nasional ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan yaitu aspek biologi, aspek ekonomi dan aspek sosial (BKKBN 1998)
Secara biologis penduduk lanjut usia adalah  penduduk  yang  mengalam i  proses penuaan secara terus menerus, yang ditandai dengan  menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan  kematian. Hal ini disebabkan  terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ.
B.     Pengertian Proses Penuaan
Penuaan adalah  konsekuensi yang tidak dapat dihindarkan. Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memeperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantindes, 1994)
Proses menua bukan merupakan suatu penyakit, melainkan suatu masa atau  tahap hidup manusia, yaitu; bayi, kanak-kanak, dewasa, tua, dan lanjut usia. Orang mati bukan karena lanjut usia tetapi karena suatu penyakit, atau juga suatu kecacatan.
Akan tetapi proses menua dapat menyebabkan berkurangnya daya tahan tubuh dalam nenghadapi rangsangan dari dalam  maupun luar tubuh. Walaupun demikian, memang harus diakui bahwa ada berbagai penyakit yang sering menghinggapi kaum lanjut usia.Proses menua sudah mulai berlangsung sejak seseorang mencapai usia dewasa. Misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan saraf, dan jaringan lain sehingga tubuh mati sedikit demi sedikit.
Sebenarnya tidak ada batas yang tegas, pada usia berapa penampilan seseorang mulai menurun. Pada setiap orang, fungsi fisiologis alat tubuhnya sangat berbeda, baik dalam  hal pencapain puncak maupun  menurunnya.
C.     Teori-Teori Proses Penuaan
1.      Teori Biologis
Penuaan merupakan proses secara berangsur mengakibatkan perubahan yang kumulatif dan mengakibatkan perubahan yang berakhir dengan kematian. Penuaan juga menyangkut perubahan struktur sel, akibat interaksi sel dengan lingkungannya, yang pada akhirnya menimbulkan perubahan negative. (Mary ANN Christ et al, 1993, dikutip oleh Hardywinoto & Toni Setibudi, 1999). Teori biologis tentang penuaan dapat dibagi menjadi teori intrinsic dan ekstrinsik. Intrinsic berarti perubahan yang berkaitan dengan usia timbul akibat penyebab diakibatkan pengaruh lingkungan.Teori biologis dibagi dalam :
a)      Teori Genetik Clock
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetic untuk spesies-spesies tertentu. Tiap spesies mempunyai di dalam inti selnya suatu jam genetic yang telah diputar menurut suatu replikasi tertentu. Jam ini akan menghitung mitosis dan menghentikan replikasi tertentu. Jadi menurut konsep ini bila jam kita ini berhenti kita akan meninggal dunia, meskipun tanpa disertai kecelakaan lingkungan atau penyakit. Secara teoritis dapat dimungkinkan memutar jam ini lagi meski hanya beberapa waktu dengan pengaruh-pengaruh dari luar, berupa peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit dengan obat-obatan tindakan tertentu.
b)      Teori Error Catastrophe (Teori Mutasi Somatik)
Menurut teori ini, menua disebabkan kesalahan yang beruntun dalam jangka waktu yang lama dalam transkripsi dan translasi. Kesalahan tersebut menyebabkan terbentuknya enzim yang salah dan berakibat metabolism yang salah sehingga mengurangi fungsional sel, walaupun dalam batas-batas tertentu kesalahan dalam pembentukan RNA dapat diperbaiki, namun kemampuan memperbaiki diri terbatas pada transkripsi yang tentu akan menyebabkan kesalahan sintesis protein atau enzim yang dapat menimbulkan metabolit berbahaya. Bila juga terjadi kesalahan pada tranlasi maka kesalahan yang terjadi juga semakin banyak.
c)      Teori Auto Immune
Dalam teori ini dijelaskan bahwa didalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi zat khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit. Sebagai contoh ialah tambahan kelenjar timus yang pada usia dewasa berinvolusi dan semenjak itu terjadilah kelainan autoimun. (Godteris & Brocklehurst, 1989).
d)      Teori Radikal Bebas
Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, tidak stabilnya radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-bahan organic seperti karbohidrat dan protein. Radikal ini menyebabkan sel-sel tidak dapat beregenerasi. Didalam tubuh yang bersiap merusak, dapat dinetralkan dalam tubuh oleh enzimatau senyawanon enzim contohnya adalah : vitamin C betakorotin, vitamin E.
e)      Pemakaian dan rusak
Kelebihan usaha dan stress menyebabkan sel-sel tubuh lelah (rusak)
f)        Teori “Immunology Slow Virus” (Immunology Slow Virus Theory)
System immune menjadi kurang efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya  virus kedalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.
g)      Teori Stress
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha dan stress menyebabkan sel-sel tubuh telah terpakai.
h)      Teori rantai silang
Sel-sel yang tua atau asing reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastic, kekakuan dan hilangnya fungsi.
i)        Teori Program
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang membelah setelah sel-sel tersebut mati.
2.      Teori Kejiwaan Sosial
a)      Aktivitas atau kegiatan (activity theory)
1)      Teori aktivitas, menurut Havighrusrst dan Albrecht, 1953 berpendapat bahwa sangat penting bagi individu usia lanjut untuk tetap aktivitas dan mencapai kepuasan hidup.
2)      Ketentuan akan  meningkatnya pada penurunan  jumlah kegiatan secara langsung. Teori ini menyatakan bahwa usia lanjut yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan social.
3)      Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari lanjut usia
4)      Mempertahankan hubungan antara system social dan individu agar tetap stabil dari usia pertengahan ke lanjut usia.
b)      Kepribadian belanjut (continuity theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia. Teori ini merupakan gabungan dari teori diatas. Pada teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang yang lanjut usia sangat dipengaruhi oleh tipe personality yang dimiliki.
c)      Teori pembebasan (disengagement theory)
Salah satu teori social yang berkenaan dengan proses penuaan adalah “teori pembebasan atau disengagement theory”. Teori ini menyatakan bahwa dnegan bertambahnya usia, seseorang secara berangsur-angsur mulai nmelepaskan diri dari kehidupan sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi social lansia menurun, baik secara kuantitas maupun kualitas sehingga sering terjadi kehilangan ganda (Tripple Lost), yakni :
1)      Kehilangan peran (Loss of role)
2)      Hambatan kontak social (restraction of contacs and relation ships)
3)      Berkurangnya komitmen (to social mores and values)
3.      Teori Psikologi
Teori-teori psikologi dipengaruhi juga oleh biologi dan sosiologi salah satu teori yang ada. Teori tugas perkembangan, menurut Hanghusrt (1972) setiap individu harus memperhatikan tugas perkembangan yang spesifik pada tiap tahap kehidupan yang akan memberikan perasaan bahagia dan sukses. Tugas perkembangan yang spesifik ini tergantung pada maturasi fisik, pengharapan cultural dan masyarakat dan nilai serta aspirasi individu.
Tugas perkembangan pada dewasa tua meliputi penerimaan adanya penurunan kekuatan fisik dan kesehatan, penerimaan masa pension dan penurunan income, penerimaan adanya kematian dan pasangannya atau orang-orang yang berarti bagi dirinya, mempertahankan hubungan dengan group uang seusianya, adopsi dan adaptasi dengan peran social secara fleksibel dan mempertahankan kehidupan secara memuaskan.
4.      Teori Kesalahan Genetik
Dr. Afgel berpendapat bahwa proses menjadi tua ditentukan oleh kesalahan sel genetic DNA dimana sel genetic memperbanyak diri (ada yang memperbanyak diri sebelum pembelahan sel) sehingga mengakibatkan kesalahan-kesalahan yang berakibat pula dengan terhambatnya pembentukan sel berikutnya sehingga mengakibatkan kematian sel. Pada saat sel mengalami kematian orang akan tampak menjadi tua.
5.      Rusaknya Sistem Imun Tubuh
Mutasi yang terjadi secara berulang mengakibatkan kemampuan system imun untuk mengenali dirinya berkurang menurun mengakibatkan kelainan pada sel, dianggap sel asing sehingga dihancurkan perubahan inilah terjadinya peristiwa auto imun.
6.      Teori Menua Akibat Metabolisme
Tua yang bagaimana ?
1)      Datang dengan sendirinya, merupakan “karunia” yang tidak bisa dihindari/ditolak
2)      Usaha dalam memperlambat menjadi awet muda
3)      WHO : 1982 usia lanjut yang bahagia dan sejahtera
Perubahan : apa ? kapan ? dan bagaimana ?, dahulu normal jadi tua, masa karir : sukses menjadi tua. Pada zaman tempo dulu pendapat tentang tua : botak, mudah kebingungan, pendengaran sangat menurun atu mereka menyebut “budeg”, menjadi bungkuk dan sering dijumpai kesulitan dalam menahan buang air kecil : beseran atau inkontinensia urin.
7.      Teori Telomere
Pada ujung setiap kromosom, terdapat sekuen pendek DNA nontranskripsi yang dapat diulang berkali-kali (TTAGGG), yang dikenal sebagai telomere. Sekuen telomere ini tidak seluruhnya terkopi sepanjang sintesis DNA menuju ke mitosis. Sebagai hasilnya, ekor untaian tunggal DNA ditinggal di ujung setiap kromosom; ini akan dibuang dan, pada setiap pembelahan sel, telomere menjadi pendeksel . Pada saat sel somatik bereplikasi, satu potongan kecil tiap susunan telomere tidak berduplikasi, dan telomere memendek secara progresif. Akhirnya , setelah pembelahan sel yang multiple, telomere yang terpotong parah diperkirakan mensinyal proses penuaan sel. Namun demikian, pada sel germ dan sel stem panjang telomere diperbaiki setelah pembelahan tiap sel oleh enzim khusus yang disebut telomerase.
Pemendekan telomere dapat menjelaskan batas replikasi (“Hayflick”) sel. Hal ini didukung oleh penemuaan bahwa panjang telomer berkurang sesuai umur individu darimana kromosom didapat. Dari pengamatan jangka panjang bahwa fibroblast manusia dewasa normal pada kultur sel, memiliki rentang masa hidup tertentu; fibroblast berhenti membelah dan menjadi menua setelah kira-kira 50 kali penggandaan. Fibroblast neonatus mengalami sekitar 65 kali penggandaan sebelum berhenti membelah, sementara itu fibroblast pada pasien dengan progeria, yang berusia premature, hanya memperlihatkan 35 kali penggandaan atau lebih. Menuanya fibroblas manusia dalam biakan dapat dihindari secara parsial dengan melumpuhkan gen RB dan TP 53. Namun sel ini akhirnya juga mengalami suatu krisis, yang ditandai dengan kematiaan sel masif.
8.      Teori Wear and Tear
Teori “Wear and Tear” disebut juga teori “Pakai dan Lepas”. Teori ini memberi kesan bahwa hilangnya sel secara normal akibat dari perubahan dalam kehidupan sehari-hari dan penumpukan rangsang subletal dalam sel yang berakhir dengan kegagalan sistem yang cukup besar sehingga keseluruhan organisme akan mati.Teori ini memberikan penjelasan yang baik mengapa kegagalan jantung dan system saraf sentral merupakan penyebab yang sering pada kematian; sel-sel yang mempunyai fungsi penting pada jaringan ini tidak mempunyai kemampuaan regenerasi.Teori ini sama sekali tergantung pada pandangan statistik penuaan. Pada teori ini kita mempunyai harapan hidup yang sama bagi setiap individu, namun perubahan panjang umur setiap individu diakibatkan oleh perubahan pola hidup dari individu itu sendiriBerbagai mekanisme seluler dan subseluler yang diperkirakan sebagai penyebab kesalahan penumpukan yang menyebabkan terjadinya penuaan sel adalah:
*      ikatan silang protein
*      ikatan silang DNA
*      mutasi dalam DNA yang membuat gen yang penting tidak tersedia atau berubah fungsinya.
*      kerusakan mitokondria
*      cacat lain dalam penggunaan oksigen dan nutrisi
D.    Perubahan Fisik yang Terjadi Pada Proses Penuaan
1.      Sel
a)      Lebih sedikit jumlahnya
b)      Lebih besar ukurannya
c)      Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan intraseluler
d)      Menurunnya proporsi protein di otak, otot, darah, dan hati.
e)      Jumlah sel otak menurun.
f)        Terganggunya mekanisme perbaikan sel.
g)      Otak menjadi atrofi, beratnya berkurang 5-10%
2.      Sistem persarafan
a)      Berat otak menurun 10-20% (setiap orang berkurang sel otaknya dalam setiap harinya).
b)      Cepatnyan menurun hubungan persarafan.
c)      Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya dengan stres.
d)      Mengecilnya saraf panca indra. Berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya saraf pencium dan perasa, lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan rendahnya dengan ketahanan terhadap dingin.
e)      Kurang sensitif terhadap sentuhan
3.      Sistem pendengaran
a)      Presbiakusis (gangguan pada pendengaran). Hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit dimengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas 60 tahun.
b)      Membran timpani menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis.
c)      Terjadi pengumpulan serumen dapat mengeras karena menginkatnya keratin.
d)      Pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami ketegangan jiwa/stres.
4.      Sistem penglihatan
a)      Sfingter pupil timbul skelerosis dan hilangnya tespon terhadap sinar.
b)      Kornea lebih berbentuk sferis (bola)
c)      Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa) menjadi katarak, jelas menyebabkan gangguan penglihatan.
d)      Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat, dan susah melihat dalam cahaya gelap
e)      Hilangny daya akomodasi.
f)        Menurunnya lapangan pandang; berkurang luas pandangannya.
g)      Berkurangnya daya membedakan warna biru atau hijau pada skala.
5.      Sistem kardiovaskuler
a)      Elastisitas dinding aorta menurun
b)      Katup jantung menebal dan menjadi kaku
c)      Kemampuan jantung untuk memompa menurun 1% setiap tahun sesudah berumut 20 tahun, hal ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
d)      Kehilangan elatisitas pembuluh darah; kurang efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenisasi, perubahan posisi dari tidur ke duduk (duduk ke berdiri) bisa menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg (menyebabkan pusing mendadak).
e)      Tekanan darah meninggi diakibatkan oleh meningkatnya resistensi dari pembuluh darah perifer; sistolis normal 170 mmHg, diastolis normal 90 mmHg.
6.      Sistem pengtaturan temperatur tubuh
Pada sistem pengaturan suhu, hipotalamus dianggap bekerja sebagai suatu termostat, yaitu menetapkan suatu suhu tertntu, kemunduran terjadi sebagai faktor yang mempengaruhinya. Yang sering ditemui antara lain;
a)      Temperatur tubuh menurun (hipotermia) secara fisiologik ± 35o ini akibat metabolisme yang menurun.
b)      Keterbatasan refleks menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak sehingga terjadi rendahnya aktivitas otot.
1)             Sistem respirasi
*      Otot-otot pernapasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku.
*      Menurunnya aktivitas dari silia
*      Paru-paru kehilangan aktivitas; kapasitas residu meningkat, menarik nafas menjadi berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun, dan kedalaman bernafas menurun
*      Alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang
*      O2 pada arteri menurun menjadi 75 mmHg.
*      CO2 pada arteri tidak berganti
*      Kemampuan untuk batuk berkurang
*      Kemampuan pegas, dinding, dada, dan kekuatan otot pernapasan akan menurun seiring degan bertambahnya usia.
2)             Sistem gastrointestinal
*      Kehilangan gigi; penyebab utama adalah Periodental disease yang bisa terjadi setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk.
*      Indera pengecap menurun; adanya iritasi yang kronis, dari selaput lendir, atropi indera pengecap (±80%), hilangnya sensitifitas dari saraf pengecap di lidah terutama rasa tentang rasa asin, asam, dan pahit.
*      Esofagus melebar.
*      Lambung, rasa lapar menurun (sensitifitas lapar menurun), asam labung menurun, waktu mengosongkan menurun.
*      Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi
*      Fungsi absobsi melemah (daya absobsi terganggu).
*      Liver (hati) makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan, berkurangnya aliran darah.
3)             Sistem reproduksi
*      Menciutnya ovari dan uterus
*      Atrofi payudara
*      Pada laku-laki testis masih dapat memproduksi spermatosoa, meskipun adanya penurunan secara beransur-ansur
*      Dorongan seksual menetap sampai usia diatas 70 tahun (asal kondisi keksehatan baik), yaitu;
ü  Kehidupan seksual dapat diupayakan sampai masa lanjut usia
ü  Hubungan seksual secara teratur membantu mempertahankan kemampuan seksual
ü  Tidak perlu cemas karena merupakan perubahan alami
*      Selaput lendir vagina menurun, permukaan menjadi halus, sekresi menjadi berkurang, reaksi sifatnya menjadi alkali, dan terjadi perubahan-perubahan warna.
4)             Sistem genito urinaria
*      Ginjal, merupaan alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme tubuh, melalui urine darah yang masuk ke ginjal, disaring oleh satuan unit terkecil dari ginjal yang disebut nefron (tepatnya di glumerulus, kemudia mengecil dan nefron menjadi atrofi. Aliran darah ke ginjal menurun sampai 50%. Fungsi tubulus berkurang akibatnya; kurang kemapuan mengkonsentrasi urine, berat jenis urine menurun, proten uria.
*      Vesika urinaria (kandung kemih); otot-ototnya menjadi lemah, kapasitasnya menurun sampai 200ml atau menyebabkan frekuensi buang air kecil meningkat. Vesika urinari susah dikosongkan sehingga meningkatkan retensi urine.
*      Pembesaran prostat kurang lebih 75% dialami oleh pria usia di atas 65 tahun
*      Atrofi vulva
5)             Sistem endokrin
*      Produksi hampir semua hormon menurun
*      Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah
*      Pituitari; hormon pertumbuhan ada tetapi lebih rendah tetapi rendah dan hanya dalam pembuluh darah, berkurangnya produksi dari ACTH, TSH, FSH, LH.
*      Menurunnya aktifitas tiroid, BMR menurun.
6)             Sistem kulit
*      Kulit mengerut atau keriput akibat kahilangan jaringan lemak
*      Kulit kasar dan bersisik,
*      Mekanisme proteksi kulit menurun
*      Produksi serum menurun
*      Gangguan pigmentasi kulit
*      Kulit kepala dan rambut menipis
*      Kelenjar keringat berkurang jumlahnya
7)             Sistem muskuloskeletal
*      Tulang kehilangan density (cairan) dan makin rapuh
*      Kifosis
*      Discus intervertebralis menipis dan menjadi pendek
*      Persendian membesar dan menjadi pendek
*      Tendon mengerut dan mengalami skelrosis
8)             Perubahan mental
*      Perubahan fisik, organ perasa
*      Kesehatan umum
*      Tingkat pendidikan
*      Keturunan
*      Lingkungan
*      Momory: jangka panjang (*berhari-hari yang lalu) mencakup beberapa perubahan. Kenangan jangka pendek (0-10 menit) kenangan buru
*      Intelegency; tidak berubah dengan informasi matematik dan perkataan verbal.
*      Berkurangnya keterampilan psikomotor.
9)             Perubahan psikososial
E.     Sindroma Proses Penuaan yang Prematur
Ada beberapa penyakit genetik yang menunjukan adanya proses penuaan yang prematur. Tanda-tanda dari penyakit ini adalah dijumpainya rambut yang beruban, mengkerutnya kulit, dan pendeknya masa hidup dari penderita tersebut. Pada beberapa kasus hal ini dapat terjadi karena mutasi dari gen. Adapun proses penuaan yang premature tersebut dapat kita lihat pada:
1.      Werner’s syndrome
Pada penderita ini kelihatan pada rambut mereka telah beruban pada usia 20 tahun dan penderita umumnya meninggal pada usia 40 tahun. Tanda-tanda proses penuaan seperti osteoporosis, katarak, dan arterosklerosis dapat terlihat pada penderita. Meskipun pada waktu mudanya, sel-sel juga mengalami replikasi penuaan namun hanya sebanyak 20 kali, sedangkan yangnormal mencapai 70 kali atau lebih. Hal ini disebabkan oleh mutasi di WRN, dimana WRN ini diperlukan untuk perbaikan dan pemeliharaan DNA yang terdapat di telomere.
2.      Cockayne syndrome (CS)
Terjadi karena mutasi pada gen-gen yang berfungsi pada perbaikan DNA yaitu pada saat terjadi transkripsi DNA. Pada penderita ini hanya menunjukkan beberapa tanda proses penuaan, namun proses kematian sangatlah cepat pada penderita ini.
3.      Ataxia telangiectasia (AT)
Penderita menunjukkan proses penuaan yang premature hal ini disebabkan karena kerusakan pada fungsi gen yang mendeteksi kerusakan DNA (ATM) sehingga gen gagal memulai untuk proses perbaikan selnya.
4.      Hutchinson – Gilford progeria syndrome
Anak-anak yang menderita sindroma ini akan menunjukkan tanda-tanda proses penuaan premature yang parah sejak mereka dilahirkan dan penderita akan meninggal setelah mereka berumur belasan tahun. Disebabkan oleh mutasi gen (LMNA) untuk lamin yang berfungsi menstabilkan membrane dalam dari pembungkus inti sel. Sebagaimana telah diketahui bahwa replikasi, transkripsi, dan perbaikan dari DNA berlangsung di bagian dalam dari inti sel, sedangkan pada penderita sindroma ini terjadi peningkatan kerusakan pada DNA dan kerusakan pada ekspresi gen.
Dari sindrom penuaan yang premature ini terlihat bahwa terjadinya mutasi bukan seluruhnya pada sel, tetapi terjadi mutasi pada gen-gen yang bertanggung jawab pada proses replikasi, perbaikan, dan transkripsi dari dari seluruh gen.
F.      Anti Aging
Pada penderita proses penuaan yang premature terapi yang maksimal belumlah dijumpai, namun dengan diketahuinya bahwa adanya enzim telomerase yang menghambat pemendekan telomere ini,maka para ilmuwan masih berusaha untuk membentuk suatu substrat yang bekerja seperti enzim telomerase tersebut.
Namun penghambatan proses penuaan pada sel-sel yang normal telah banyak ditemukan dengan munculnya produk-produk anti aging.Dugaan bahwa radikal bebas tersebar dimana-mana, pada setiap kejadian pembakaran seperti merokok, memasak, pembakaran bahan baker pada mesin dan kendaraan bermotor. Paparan sinar ultraviolet yang terus-menerus, pestisida dan pencemaran lain di dalam makanan kita, bahkan karena olahraga yang berlebihan, menyebabkan tidak ada pilihan selain tubuh harus melakukan tindakan protektif. Langkah yang tepat untuk menghadapi banyaknya radikal bebas tersebut adalah dengan mengurangi paparannya atau mengoptimalkan pertahanan tubuh melalui aktivitas antioksidan.
Selain jenis antioksidan enzimatis seperti yang disebut di awal, dikenal pula jenis antioksidan nonenzimatis. Jenis ini dapat berupa golongan vitamin, seperti vitamin C, vitamin E serta golongan senyawa fitokimia seperti senyawa fenolik. Senyawa fenolik ini banyak dijumpai pada sayuran, buah-buahan, rempah-rempah dan sebagainya yang merupakan konsumsi makanan kita sehari-hari.
Suplemen vitamin banyak beredar di pasaran dalam berbagai dosis. Namun perlu diketahui, hingga saat ini para ahli masih sulit memastikan berapa komposisi yang seimbang antara radikal bebas dan antioksidan di dalam tubuh.Beberapa antioksidan dalam dosis tertentu bisa berubah sifat menjadi prooksidan.


DAFTAR PUSTAKA
- Gunawan S, Nardho, Dr, MPH, 1995, Upaya Kesehatan Usia Lanjut. Jakarta: Dep Kes R.I.
- Lueckennotte, Annette G, 1996, Gerontologic Nursing, St. Louis : Mosby Year Incorporation.
- Nugroho, Wahyudi, SKM, 1995, Perawatan Lanjut Usia, Jakarta : EGC
Anonym, Panduan Gerontologi, Jakarta: EGC
- Kumar V, Cotran R.S, Robbin S.L, Basic Pathology, 84. Kumar V, Cotran R.S,
- Robbin S.L, Basic Pathology, 8th ed, Saunders, Philadelphia, 2007 ; 28-30