Minggu, 06 Oktober 2013

Farmakologi Saluran Pencernaan

Farmakologi Saluran Pencernaan




BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
Farmakologi berasal dari kata (Yunani) yaitu pharmakon : obat dan Logia    : studi/ilmu.Berarti farmakologi adalah “Ilmu tentang obat” atau ilmu yang mempelajari interaksi obat dengan mikroorganisme hidup. Pada mulanya farmakologi mencakup berbagai pengetahuan tentang obat yang meliputi: sejarah, sumber, sifat-sifat fisika dan kimiawi, cara meracik, efek fisiologi dan biokimiawi, mekanisme kerja, absorpsi, distribusi, biotranformasi dan ekskresi, serta penggunaan obat untuk terapi dan tujuan lain.
Farmakologi Klinik adalah ilmu farmakologi yang mempelajari pengaruh kondisi klinis pasien terhadap efikasi obat, misalkan kondisi hamil dan menyusui, neonates dan anak, geriatric, inefisiensi ginjal dan hepar.Farmakologi Klinik menyelidiki semua interaksi antara obat dan tubuh serta penggunaannya pada pengobatan penyakit.
Dewasa ini didefinisikan sebagai studi terintegrasi tentang sifat-sifat kimia dan organisme hidup serta segala aspek interaksi mereka.









BAB II
PEMBAHASAN
A.     Pengertian Farmakologi
Farmakologi berasal dari kata “pharmacon” (obat) dan logos (ilmu pengetahuan), sehingga secara harapiah farmakologi berarti ilmu pengetahuan tentang obat. Namun, secara umum farmakologi di definisikan sebagai ilmu yang mempelajari obat dan cara kerjanya pada system biologi. Disamping itu juga mempelajari asal-usul (sumber) obat, sifat fisika-kimia, cara pembuatan, efek biokimiawi dan fisiologi yang dtimbulkan, nasib obat dalam tubuh, dan kegunaan obat dalam terapi.
Definisi yang lain adalah zat kimia yang dapat mempengaruhi jaringan biologi, dan menurut WHO, obat adalah zat yang dapat mempengaruhi aktifitas fisik atau psikis. Sedangkan menurut Kebijakan Obat Nasional (KONAS) ialah bahan atau sediaan yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki system fisiologi atau kondisi patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan dari rasa sakit, gejala sakit, dan atau penyakit, untuk meningkatkan kesehatan, dan kontrasepsi. Oleh karena itu, pengertian obat meliputi bahan dan sediaan obat yang terwada-kemaskan, diberi label dan penandaan yang memuat pernyataan dan atau klaim. Dalam pengertian KONAS obat meliputi obat untuk manusia dan hewan.
Farmakoterapi atau terapi dengan obat mempunyai cakupan yang lebih luasa dibandingkan farmakologi. Farmakoterapi tidak berhubungan dengan cara pemberian, penilaian pasien, dan keputusan klinik. Pengetahuan farmakoterapi bagi paramedic juga sesuatu yang penting berkaitan dengan pemberian obat, efek samping yang kemungkinan timbul karena pemberian obat, dan pemberian obat kepada pasien. Untuk itu, pemahaman dan pengetahuan farmakologi mengenai cara pemberian, jenis-jenis obat, cara kerja obat, dan kegunaan obat adalah hal-hal penting yang harus diketahui oleh paramedic.
Dari uraian di atas, farmakologi dan farmakoterapi adalah suatu ilmu yang mempelajari aspek sangat luas, dan berhubungan erat dengan banyak. Bidang-bidang itu antara lain kimia, botani, fisiologi, patologi, mikrobiologi, dan toksikologi.
B.     Sistem Pencernaan pada Manusia
a.      Rongga Mulut
Mulut merupakan saluran pertama yang dilalui makanan. Pada rongga mulut, dilengkapi alat pencernaan dan kelenjar pencernaan untuk membantu pencernaan makanan. Pada Mulut terdapat :
1)                    Gigi, memiliki fungsi memotong, mengoyak dan menggiling makanan menjadi partikel yang kecil-kecil.
2)                    Lidah, memiliki peran mengatur letak makanan di dalam mulut serta mengecap rasa makanan.
3)                    Kelenjar Ludah. Fungsi ludah adalah melumasi rongga mulut serta mencerna karbohidrat menjadi disakarida.
b.      Esofagus (Kerongkongan)
Merupakan saluran yang menghubungkan antara rongga mulut dengan lambung. Pada ujung saluran esophagus setelah mulut terdapat daerah yang disebut faring. Pada faring terdapat klep, yaitu epiglotis yang mengatur makanan agar tidak masuk ke trakea (tenggorokan). Fungsi esophagus adalah menyalurkan makanan ke lambung. Agar makanan dapat berjalan sepanjang esophagus, terdapat gerakan peristaltik sehingga makanan dapat berjalan menuju lambung
c.       Lambung
Lambung dapat menampung makanan 1 liter hingga mencapai 2 liter. Dinding lambung disusun oleh otot-otot polos yang berfungsi menggerus makanan secara mekanik melalui kontraksi otot-otot tersebut. Selain pencernaan mekanik, pada lambung terjadi pencernaan kimiawi dengan bantuan senyawa kimia yang dihasilkan lambung.
d.      Usus Halus
Senyawa yang dihasilkan oleh usus halus adalah :
  • Disakaridase Menguraikan disakarida menjadi monosakarida
  • Erepsinogen Erepsin yang belum aktif yang akan diubah menjadi erepsin. Erepsin mengubah pepton menjadi asam amino.
  • Hormon Sekretin Merangsang kelenjar pancreas mengeluarkan senyawa kimia yang dihasilkan ke usus halus
  • Hormon CCK (Kolesistokinin) Merangsang hati untuk mengeluarkan cairan empedu ke dalam usus halus.
e.      Usus Besar (Kolon)
Fungsi kolon adalah :
a. Menyerap air selama proses pencernaan.
b. Tempat dihasilkannya vitamin K, dan vitamin H (Biotin) sebagai hasil simbiosis dengan bakteri usus, misalnya E.coli.
c. Membentuk massa feses
d. Mendorong sisa makanan hasil pencernaan (feses) keluar dari tubuh. Pengeluaran feses dari tubuh ddefekasi.
f.        Rektum dan Anus
Merupakan lubang tempat pembuangan feses dari tubuh. Sebelum dibuang lewat anus, feses ditampung terlebih dahulu pada bagian rectum. Apabila feses sudah siap dibuang maka otot spinkter rectum mengatur pembukaan dan penutupan anus. Otot spinkter yang menyusun rektum ada 2, yaitu otot polos dan otot lurik.
C.     Farmakologi pada Saluran Pencernaan
Pembagian kelompok obat-obatan yang mempengaruhi sistem pencernaan dibagi menjadi 6 kelompok yaitu :
a.      Antasida
Adalah obat yang menetralkan asam lambung sehingga berguna untuk  nyeri tukak peptik. Antasida dibagi menjadi 2 golongan yaitu :
a)      Antasida sistemik, contohnya : natrium bikarbonat
b)      Antasida non sistemik, contohnya :aluminium Hidroksida, Magnesium Hidroksida, Kalsium Karbonat, Magnesium Trisilikat
b.      Obat Penghambat Sekresi Asam Lambung
Obat ini diindikasikan untuk tukak peptik karena dapat menghambat sekresi asam lambung. Dapat dibagi dalam beberapa kelompok menurut mekanisme kerjanya, yaitu :
a)      H2-blockers, contohnya : simetidin, ranitidin, famitidin, roxatidin. Obat-obat ini menempati reseptor histamin-H2 secara selektif dipermukaan sel-sel parietal, sehingga sekresi asam lambung dan pepsin sangat dikurangi.
b)      Penghambat Pompa Proton (PPT), contohnya : omeprazol, lansoprazol, pantoprazol, rabeprazol (pariet), esomeprazol (nexium). Obat-obat ini mengurangi sekresi asam (yang normal dan dibuat) dengan jalan menghambat emzim H+/K+-ATPase secara selektif dalam sel-sel tersebut.
c)      Analogon Prostaglandin-E1, contohnya : misoprostol (cytotec) menghambat secara langsung sel-sel parietal.
d)      Zat-Zat Pelindung Ulcus, contohnya : mucosaprotectiva, sukralfat, Al-hidroksida, dan bismut koloidal yang menutup tukak dengan suatu lapisan pelindung terhadap serangan asam pepsin
e)      Antibiotika, contohnya : amoksisislin, tetrasiklin, klaritromisin, metronidazol, dan tinidazol. Obat ini digunakan dalam kombinasi sebagai triple atau  quadruple therapy untuk membasmi H.pylory dan untuk mencapai penyembuhan lengkap tukak lambung/usus.
f)        Obat Penguat Motilitas, contohnya : metoklopramida, cisaprida, dan domperidon. Obat ini juga digunakan prokinetika atau propulsiva dan berdaya antiemetik serta antagonis dopamin.
g)      Obat Penenang, contohnya : meprobamat, diazepam dan lain-lain.
h)      Obat Pembantu, contohnya : asam alginat, succus, dan dimethicon
c.       Obat-Obat Yang Meningkatkan Mukosa Lambung
Contohnya : sulkralfat
d.      Digestan
Adalah obat yang membantu proses pencernaan. Obat ini bermanfaat pada defisiensi satu atau lebih zat yang berfungsi mencerna makanan di saluran cerna. Contohnya : enzim pankreas, dan empedu
e.      Laksansia
Adalah zat-zat yang menstimulasi gerakan peristaltik usus sebagai refleks dari rangsangan langsung terhadap dinding usus dan dengan demikian menyebabkan atau mempermudah buang air besar atau (defekasi) dan meredakan sembelit. Laksansia dibagi berdasarkan atas farmakologi dan sifat kimiawinya yaitu :
a)      Laksansia Kontak, contoh : derivat-derivat antrakinon (Rhammus = Cascara sagrada, senna, rhei), derivat-derivat difenilmetan (bisakodil, pikosulfat, fenolftalein), dan minyak kastor. Zat-zat ini merangsang secara langsung dinding usus dengan akibat peningkatanperistaltik dan pengeluaran isi usus dengan cepat.
b)      Laksansia Osmotik, contohnya : magnesium sulfat/sitrat dan natrium sulfat, gliserol, manitol, sorbitol, laktulosa, dan laktitol. Senyawa-senyawa ini berkahasiat mencahar berdasarkan lambat absorpsinya oleh usus, sehingga menarik air dari luar usus melalui dinding ke dalam usus oleh proses osmosa.
c)      Zat-Zat Pembesar Volume, contohnya : zat-zat lendir (agar-agar, metilselulosa, dan CMC), dan zat-zat nabati Psyllium, Gom Sterculia dan katul. Semua senyawa polisakarida ini sukar dipecah dalam usus dan tidak diserap (dicernakan).
d)      Zat-Zat Pelicin dan Emollientia, contohnya : natrium docusinat, natriumlauril-sulfo-asetat, dan parafin cair. Kedua zat pertama memiliki aktivitas permukaan (detergensia) dan mempermudah defekasi, karena melunakkan tinja dengan jalan meningkatkan penetrasi air ke dalamnya. Parafin melicinkan penerusan tinja dan bekerja sebagai bahan pelumas
f.        Antidiare
Adalah obat yang digunakan untuk mencegah atau mengurangi terjadinya diare. Pembagian obat antidiare adalah :
a)      Kemoterapeutika, untuk terapi kausal, yakni memberantas bakteri penyebab diare, seperti antibiotika, sulfonamida, kinolon dan furazolidon.
b)      Obstipansia, untuk terapi simtomatis, yang dapat menghentikan diare dengan beberapa cara, yakni :
-  Zat-zat penekan peristaltik
-  Adstringensia, yang menciutkan selaput lendir usus
-  Adsorbensia
c)      Spasmolitika, yakni zat-zat yang dapat melepaskan kejang –kejang otot yang sering kali mengakibatkan nyeri perut pada diare antara lain papaverin dan oksifenonium
g.      Antiemetika
Adalah zat-zat yang berkhasiat menekan rasa mual dan muntah. Berdasarkan mekanisme kerjanya dapat dibedakan sebagai berikut :
a)      Antikolinergika, contohnya skopolamin dan antihistaminika (siklizin, meklizin, sinarizin, prometazin, dan dimenhidrinat). Obat-obat ini efektif terhadap segala jenis muntah dan banyak digunakan pada mabuk darat dan mual kehaminla (antihistaminika).
b)      Antagonis Dopamin.Zat-zat ini hanya efektif pada mual yang diakibatkan oleh efek samping obat. Contoh obatnya : propulsiva (prokinetika), derivat fenotiazin, derivat butirofenon.
c)      Antagonis Serotinin, contohnya : granisetron, ondansetron, dan tropisetron.
d)      Kortikosterioda, contohnya : deksametason ternyata efektif untuk muntah-muntah yang diakibatkan oleh sitostatika.
e)      Benzodiazepin.Mempengaruhi sistem kortikal/limbis dari otak dan tidak mengurangi frekuensi dan hebatnya emesis melainkan memperbaiki sikap pasien terhadap peristiwa muntah.
f)        Kanabinoida, contohnya : marihuana, THC = Tetrahidricanabinol = dronabinol). Efektif pada dosis tinggi sitostatika
D.    Mekanisme Kerja Obat dalam Saluran Pencernaan
a.      Antasida
Antasida adalah obat yang menetralkan asam lambung sehingga berguna untuk menghilangkan nyeri tukak peptik. Antasida tidak mengurangi volume HCL yang dikeluarkan lambung, tetapi peninggian pH akan menurunkan aktivitas pepsin.  Umumnya antasida merupakan basa lemah. Senyawa oksi alumunium sukar untuk meninggikan pH lambung lebi dari 4, sedangkan basa yang lebih kuat seperti magnesium hidroksida secara teoritis apat meninggikan pH sampai 9, tetapi kenyataannya tidak terjadi. Semua antasida meningkatkan produksi HCL berdasarkan kenaikan pH yang meningkatkan aktivitas gastrin.
Antasida dibagi kedalam dua golongan yaitu antasida sistemik dan antaasida non sistemik. Antasida sistemik misalnya natrium bikarbonat, diabsorbsi dalam usus halus sehingga menyebabkan urin bersifat alkalis. Pada pasien dengan kelainan ginjal, dapat terjadi alkalosis metabolik.kronik natrium bikarbonat memudahkannefrotiliasis fosfat. Antaida non sistemik hampir tidak diabsorbsi dalam usus sehingga tidak menimbulkan alkalosis metabolik. Contoh antasida non sistemik ialah sediaan magnesium, aluminium dan kalsium.
b.      Obat penghambat sekresi asam lambung
Obat berikut ini diindikasi untuk tukak peptik karena dapat menghambat sekresi asam lambung, yaitu antihistamin H2, antimuskarinik, penghambat proton dan misoprostol. Penghambat pompa proton merupakan penghambat sekresi asam lambung lebih kuar dari AH2. Obat ini bekerja di terakhir peoses asam lambung, lebih distal dari AMP. Pada obat misoprostol, suatu analog metil ester prostaglandi E1. Obat ini berefek menghambat sekresi HCL dan bersifat sitoprotektif untuk mencegah tukak saluran cerna yang diinduksi obat-obat AINS. Obat ini menyembuhkan tukak lambung dan duodenum, efeknya berbeda bermakna dibanding plasebo dan sebanding dengan simetidin. Misoprostol menyembuhkan tukak duodenum yang telah refrakter terhadap AH2.

c.       Obat yang mempertahankan mukosa lambung
Obat yang mempertahankan mukosa lambung contohnya sukralfat. Senyawa alumunium sukrosa ini membentuk polimer mirip lem dalam suasana asam ddan terikat pada jaringan nekrotik tukak secara selektif.  Sukralfat hampir tidak diabsorbsi secara sistemik. Obat yang bekerja ebagai sawar terhadap HCL dan pepsin ini terutama efektif terhadap tukak duodenum. Kaarenaa suasana asam perlu untuk mengaktifkan obat ini, pemberiaan bersama AH2 atau antasida menurunkan biovailabiitas.
d.      Obat penguat motilitas
Obat ini juga dinamakn prokinetika atau propulsiva dan berdaya antiemetik serta antagonis dopamin. Gerakan peristaltik lambung dan usus duabelas jari dihambat oleh neurotransmiter dopamin. Efek ini ditiadakan oleh antagonis-antagonis tersebut dengan jalan menduduki reseptor DA yang banyak terdapat disaluran cerna dan otak.
Penggunaan antiemetik tersebut pada gangguan lambung adalah kaarena pengaruh memperkuat motilitas lambung yang diperkirakan terganggu. Dengan demikian pengaliran kembali empedu dan enzim-enzim pencernaan dari duodenum kejurusan lambung tercegah. Tukak tidak dirangsang lebih lanjut dan dapat sembuh dengan lebih cepat.
e.      Obat penenang
Sudah lama diketahui bahwa stres emosional membuat penyakit tukak lambung bertambah parah, sedangkan pada waktu serangan akut biasanya timbul kegelisahan dan kecemasan pada penderita.  Guna mengatasi hal-hal tersebut, penderita sering kali diterapi dengan antasida disertai tambahan obat penenang seperti oksazepam








BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
Farmakologi di definisikan sebagai ilmu yang mempelajari obat dan cara kerjanya pada system biologi.Sistem pencernaan pada manusia dimulai dari mulut, esofagus, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus.Pembagian kelompok obat-obatan pada saluran pencernaan adalah brmacam-macam seperti antasida, antidiare, digestan,  antiemetika, laksansia. Obat-obatan yang masuk pada sistem pencernaan manusia tentunya memiliki reaksi yang bermacam-macam tergantung dari jenis obat dan bahan kimia yang dimiliki setiap obat tersebut.
B.  Saran
Sebagaimana kata orang tidak ada gading yang tak retak oleh karenanya makalah ini yang berkenaan dengan  Farmakologi pada Saluran Pencernaan” belum mendekati sempurna, maka dari itu diperlukan saran yang berarti dan membangun untuk kesempurnaan pembuatan makalah selanjutnya dan bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya serta penulis pada khususnya.


















DAFTAR PUSTAKA
- Effendi, Nasrul. (1998). Dasar-dasar Kesehatan Masyarakat. Jakarta : EGC
- Santoso B. Farmakokinetika klinik. Cermin Dunia Kedokteran No 37. 1985
- Katzung BG. Basic principle. 10th ed. Basic and Clinical Pharmacology. McGraw Hill.San Fransisco.2006
- http://syaifulsman2barru.wordpress.com/2013/01/17/sistem-pencernaan-makanan-pada-manusia/

Tidak ada komentar: