Pengambilan Sampel Urine (mikrobiologi)
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Sekarang
ini, banyak penyakit yang bertambah dan merajalela dalam kehidupan masyarakat.
Akan tetapi, penyakit infeksi tetap menjadi primadona penyakit yang paling
sering menyerang manusia.
Penyakit
infeksi yang ditimbul sering diakibatkan mikroorganisme yang bersifat patogen.
Dalam pemeriksaan penyakit infeksi, biasanya dilakukan pemeriksaan fisik dan
anamnese guna menemukan etiologi penyakit. Cara lain dalam menegakkan diagnosa
guna menemukan mikroorganisme apa yang menjadi penyebab suatu penyakit adalah
dengan cara pemeriksaan spesimen.
Oleh
karena itu, bagi orang yang berprofesi dalam bidang kesehatan, misalnya
dokter,Perawat, Bidan harus mengetahui dan memahami betul cara pengelolaan
spesimen klinik. Sebagai mahasiswi, tentunya juga harus memahami betul cara pengelolaan/penanganan
spesimen.Yang harus diperhatikan dalam hal pengelolaan spesimen adalah: Cara
Pengambilan/Penyimpanan/Pengiriman specimen .
Adapun
tujuan dari pemahaman cara pengelolaan spesimen tersebut adalah agar spesimen
dapat memberikan hasil yang akurat dalam pemeriksaan secara
makroskopis/mikroskopis dan spesimen tidak rusak dalam rentang waktu pengiriman
ke laboratorium.Salah satu hal paling penting yang mendasari cara pengelolaan
spesimen yaitu harus diperhatikan tujuan pengambilan spesimen. Spesimen diambil
apakah untuk pemeriksaan mikrobiologi/patologi klinik/patologi anatomi/parasitologi.
Hal ini harus diperhatikan sebab prosedur pengelolaan spesimen pada setiap
bidang pastilah berbeda. Misalnya, antikoagulan EDTA digunakan dalam
laboratorium patologi klinik, tidak boleh untuk pemeriksaan mikrobiologi karena
dapat mematikan kuman.
Urinalisis yang akurat dipengaruhi
oleh spesimen yang berkualitas.Oleh karena itu, di dalam makalah ini, kita akan
membahas pengertian urine, bagaimana teknik atau cara pengambilan sampel urine
yang benar dan parameter-parameter yang ada dalam pemeriksaan sampel urine.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Urine
Urine atau air seni atau air kencing
adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh
ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Pengeluaran urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh.Secara umum urin berwarna kuning.
ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Pengeluaran urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh.Secara umum urin berwarna kuning.
Urine encer warna kuning pucat (kuning
jernih), urine kental berwarna kuning pekat, dan urine baru/segar berwarna
kuning jernih.Urin yang didiamkan agak lama akan berwarna kuning keruh.Urin
berbau khas jika dibiarkan agak lama berbau ammonia.Ph urin berkisar antara 4,8
– 7,5, urin akan menjadi lebih asam jika mengkonsumsi banyak protein,dan urin
akan menjadi lebih basa jika mengkonsumsi banyak sayuran. Berat jenis urin
1,002 – 1,035.
Secara kimiawi kandungan zat dalan urin
diantaranya adalah sampah nitrogen (ureum,
kreatinin dan asam urat), asam hipurat zat sisa pencernaan sayuran dan buah, badanketon zat sisa metabolism lemak, ion-ion elektrolit (Na, Cl, K, Amonium, sulfat,Ca dan Mg), hormone, zat toksin (obat, vitamin dan zat kimia asing), zat abnormal (protein, glukosa, sel darah Kristal kapur dsb).
kreatinin dan asam urat), asam hipurat zat sisa pencernaan sayuran dan buah, badanketon zat sisa metabolism lemak, ion-ion elektrolit (Na, Cl, K, Amonium, sulfat,Ca dan Mg), hormone, zat toksin (obat, vitamin dan zat kimia asing), zat abnormal (protein, glukosa, sel darah Kristal kapur dsb).
Volume urin normal per hari adalah 900 –
1400 ml, volume tersebut dipengaruhi
banyak faktor diantaranya suhu, zat-zat diuretika (teh, alcohol, dan kopi), jumlah air minum, hormon ADH, dan emosi.
banyak faktor diantaranya suhu, zat-zat diuretika (teh, alcohol, dan kopi), jumlah air minum, hormon ADH, dan emosi.
Tujuan dari pemeriksaan spesimen urin adalah
1.
Untuk
mengetahui adanya kelainan urin secara langsung. Urin akan diambil sebagai
spesimen atau sampel laboratorium apabila diperlukan. Beberapa kasus yang
memerlukan sampel urin adalah diabetes, proteinuria, dan adanya gangguan
ginjal.
2.
Untuk
membantu penegakan dini diagnosa awal.
Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa
metabolisme (seperti urea), garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi
pembentuk urin berasal dari darah atau cairan
interstisial.
Komposisi urin berubah sepanjang proses reabsorpsi ketika molekul yang penting
bagi tubuh, misal glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul
pembawa. Cairan yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan
berbagai senyawa yang berlebih atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar
tubuh. Materi yang terkandung di dalam urin dapat diketahui melalui urinalisis.
Urea yang dikandung oleh urin dapat menjadi sumber nitrogen yang baik untuk tumbuhan dan dapat
digunakan untuk mempercepat pembentukan kompos.
- Faktor yang Mempengaruhi Proses Urinasi
a. Faktor Internal
1) Hormon Antideuritik (ADH)
Hormon antideuritik dikeluarkan oleh kelenjar saraf hipofifis
(neuroehipofisis). Pengeluaran hormon ini ditentukan oleh reseptor khusus di
dalam otak yang secara terus menerus mengendalikan tekananan osmotik darah
(kesetimbangan konsentrasi air dalam darah). Oleh karena itu, hormon ini akan
mempengaruhi proses reabsorpsi air pada tubulus kontortus distal,
sehingga permeabilitas sel terhadap air akan meningkat. Oleh karena cara
bekerja dan pengaruhnya inilah, hormon tersebut disebut sebagai hormon
antideuritik.
Jika tekanan osmotik darah naik, yaitu pada saat dalam keadaan
dehidrasi atau kekurangan cairan tubuh (saat kehausan atau banyak mengeluarkan
keringat), konsentrasi air dalam darah akan turun. Akibat dari kondisi
tersebut, sekresi ADH meningkat dan dialirkan oleh darah menuju ke ginjal. ADH
selain meningkatkan permeabilitas sel terhadap air, juga mengkatkan
permeabilitas saluran pengumpul, sehingga memperbesar sel saluran pengumpul.
Dengan demikian air akan berdifusi ke luar dari pipa pengumpul, lalu masuk ke
dalam darah. Keadaan tersebut akan berusaha memulihkan konsentrasi air dalam
darah. Namun akibatnya, urine yang dihasilkan menjadi sedikit dan lebih pekat.
2) Hormon Insulin
Hormon insulin adalah hormon
yang dikeluarkan oleh pulau langerhans dalam pankreas. Hormon insulin berfungsi
mengatur gula dalam darah. Penderita kencing manis (diabetes mellitus) memiliki
konsentrasi hormon insulin yang rendah, sehingga kadar gula dalam darah akan
tinggi. Akibatnya terjadi gangguan reabsorpsi didalam urine masih
terdapat glukosa.
3)
Saraf
Stimulus pada saraf ginjal akan
menyebabkan penyempitan duktus afferen. Hal ini menyebabkan aliran darah ke
glomerulus menurun dan tekanan darah menurun sehingga filtrasi kurang efektif.
Hasilnya urine yang diproduksi meningkat.
4)
Tonus otot
Tonus otot yang memiliki peran penting dalam membantu proses berkemih
adalah otot kandung kemih, otot abdomen dan pelvis. Ketiganya sangat berperan
dalam kontraksi pengontrolan pengeluaran urine.
5) Usia
Pengeluaran urine usia balita lebih sering karena balita
belum bisa mengendalikan rangsangan untuk miksi dan makanan balita lebih banyak
berjenis cairan sehingga urine yang dihasilkan lebih banyak sedangkan
pengeluaran urin pada lansia lebih sedikit karena setelah usia 40 tahun, jumlah
nefron yang berfungsi biasanya menurun kira-kira 10% tiap tahun.
b.
Faktor Eksternal
1)
Zat-zat diuretik
Misalnya teh, kopi, atau alkohol
dapat menghambat reabsorpsi ion Na+. Akibatnya ADH berkurang
sehingga reabsorpsi air terhambat dan volume urin meningkat.
2)
Suhu lingkungan
Ketika suhu sekitar dingin, maka
tubuh akan berusaha untuk menjaga suhunya dengan mengurangi jumlah darah yang
mengalir ke kulit sehingga darah akan lebih banyak yang menuju organ tubuh, di
antaranya ginjal. Apabila darah yang menuju ginjal jumlahnya samakin banyak,
maka pengeluaran air kencing pun banyak.
3)
Gejolak emosi dan stress
Jika seseorang mengalami stress,
biasanya tekanan darahnya akan meningkat sehingga banyak darah yang menuju
ginjal. Selain itu, pada saat orang berada dalam kondisi emosi, maka kandung
kemih akan berkontraksi. Dengan demikian, maka timbullah hasrat ingin buang air
kecil.
4)
Jumlah air yang diminum
Jumlah air yang diminum tentu
akan mempengaruhi konsentrasi air dalam darah. Jika meminum banyak air,
konsentrasi air dalam darah akan tinggi, dan kosentrasi protein dalam darah
menurun, sehingga filtrasi menjadi berkurang. Selain itu, keadaan seperti ini
menyebabkan darah lebih encer, sehingga sekresi ADH akan berkurang. Menurunnya
filtrasi dan berkurangnya ADH akan menyebabkan menurunnya penyerapan air,
sehingga urine yang dihasilkan akan meningkat dan encer.
5)
Kondisi penyakit
Kondisi
penyakit dapat memengaruhi produksi urine, seperti diabetes melitus.
6)
Life Style dan aktivitas
Seorang yang suka berolahraga, urine yang terbentuk akan
lebih sedikit dan lebih pekat karena cairan lebih banyak digunakan untuk
membentuk energi sehingga cairan yang dikeluarkan lebih banyak dalam bentuk
keringat.
C.
Pemeriksaan Urine
Yang dimaksud dengan pemeriksaan urin rutin adalah
pemeriksaan makroskopik, mikroskopik dan kimia urin yang meliputi pemeriksaan
protein dan glukosa. Sedangkan yang dimaksud dengan pemeriksaan urin lengkap
adalah pemeriksaan urin rutin yang dilengkapi dengan pemeriksaan benda keton,
bilirubin, urobilinogen, darah samar dan nitrit.
1.
Pemeriksaan Makroskopik
Tes makroskopik dilakukan dengan cara
visual. Pada tes ini biasanya menggunakan reagen strip yang dicelupkan sebentar
ke dalam urine lalu mengamati perubahan warna yang terjadi pada strip dan
membandingkannya dengan grafik warna standar. Tes ini bertujuan mengetahui Warna,
Kejernihan, bau,Volume pH, berat jenis (BJ), glukosa, protein, bilirubin,
urobilinogen, darah, keton, nitrit dan lekosit esterase.
a)
Volume
urine
Banyak sekali faktor yang mempengaruhi volume urin seperti
umur, berat badan, jenis kelamin, makanan dan minuman, suhu badan, iklim dan
aktivitas orang yang bersangkutan. Rata-rata didaerah tropik volume urin dalam
24 jam antara 800--1300 ml untuk orang dewasa. Bila didapatkan volume urin
selama 24 jam lebih dari 2000 ml maka keadaan itu disebut poliuri.
Bila volume urin selama 24 jam 300--750 ml maka keadaan ini
dikatakan oliguri, keadaan ini mungkin didapat pada diarrhea, muntah -muntah,
deman edema, nefritis menahun. Anuri adalah suatu keadaan dimana jumlah urin
selama 24 jam kurang dari 300 ml. Hal ini mungkin dijumpai pada shock dan
kegagalan ginjal
b)
Warna
urin
Pemeriksaan terhadap warna urin mempunyai makna karena
kadang-kadang dapat menunjukkan kelainan klinik. Warna urin dinyatakan dengan
tidak berwarna, kuning muda, kuning, kuning tua, kuning bercampur merah, merah,
coklat, hijau, putih susu dan sebagainya. Warna urin dipengaruhi oleh kepekatan
urin, obat yang dimakan maupun makanan. Warna normal urin berkisar antara
kuning muda dan kuning tua yang disebabkan oleh beberapa macam zat warna
seperti urochrom, urobilin dan porphyrin.
c)
Berat
jenis urin
Pemeriksaan berat jenis urin bertalian dengan faal pemekatan
ginjal, dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu dengan memakai falling drop,
gravimetri, menggunakan pikno meter, refraktometer dan reagens 'pita'
d)
Bau
urin
Bau urin normal disebabkan oleh asam organik yang mudah
menguap. Bau yang berlainan dapat disebabkan oleh makanan seperti jengkol,
petai, obat-obatan seperti mentol, bau buah-buahan seperti pada ketonuria.
e)
pH
urin
Penetapan
pH diperlukan pada gangguan keseimbangan asam basa, kerena dapat memberi kesan
tentang keadaan dalam badan. pH urin normal berkisar antar 4,5 - 8,0. Selain
itu penetapan pH pada infeksi saluran kemih dapat memberi petunjuk ke arah
etiologi. Pada infeksi oleh Escherichia coli biasanya urin bereaksi asam,
sedangkan pada infeksi dengan kuman Proteus yang dapat merombak ureum menjadi
atnoniak akan menyebabkan urin bersifat basa
2.
Pemeriksaan
Mikroskopik
Tes mikroskopik dilakukan dengan
memutar (centrifuge) urin lalu mengamati endapan urin di bawah mikroskop. Tes
ini bertujuan untuk mengetahui : (1) unsur-unsur organik (sel-sel : eritrosit,
lekosit, epitel), silinder, silindroid, benang lendir; (2) unusur anorganik
(kristal, garam amorf); (3) elemen lain (bakteri, sel jamur, parasit Trichomonas
sp., spermatozoa).Yang
dimaksud dengan pemeriksaan mikroskopik urin yaitu pemeriksaan sedimen urin.
Ini penting untuk mengetahui adanya kelainan pada ginjal dan saluran kemih
serta berat ringannya penyakit.
a) Eritrosit.
Dalam keadaan normal, terdapat 0 – 2 sel eritrosit dalam
urine. Jumlah eritrosit yang meningkat menggambarkan adanya trauma atau
perdarahan pada ginjal dan saluran kemih, infeksi, tumor, batu ginjal.
b) Lekosit.
Dalam keadaan normal, jumlah lekosit dalam urine adalah 0 –
4 sel. Peningkatan jumlah lekosit menunjukkan adanya peradangan, infeksi atau
tumor.
c) Epitel
Ini adalah sel yang menyusun permukaan dinding bagian dalam
ginjal dan saluran kemih. Sel-sel epitel hampir selalu ada dalam urine, apalagi
yang berasal dari kandung kemih (vesica urinary), urethra dan vagina.
d) Silinder (cast)
Ini adalah mukoprotein yang dinamakan protein Tam Horsfal
yang terbentuk di tubulus ginjal. Terdapat beberapa jenis silinder, yaitu :
silinder hialin, silinder granuler, silinder eritrosit, silinder lekosit,
silinder epitel dan silinder lilin (wax cast). Silinder hialin menunjukkan
kepada iritasi atau kelainan yang ringan. Sedangkan silinder-silinder yang
lainnya menunjukkan kelainan atau kerusakan yang lebih berat pada tubulus
ginjal.
e) Kristal
Dalam keadaan fisiologik / normal, garam-garam yang
dikeluarkan bersama urine (misal oksalat, asam urat, fosfat, cystin) akan
terkristalisasi (mengeras) dan sering tidak dianggap sesuatu yang berarti.
Pembentukan kristal atau garam amorf dipengaruhi oleh jenis makanan, banyaknya makanan,
kecepatan metabolisme dan konsentrasi urine (tergantung banyak-sedikitnya
minum).Yang perlu diwaspadai jika kristal-kristal tersebut ternyata berpotensi
terhadap pembentukan batu ginjal. Batu terbentuk jika konsentrasi garam-garam
tersebut melampaui keseimbangan kelarutan. Butir-butir mengendap dalam saluran
urine, mengeras dan terbentuk batu.
f) Silindroid
Ini adalah material yang menyerupai silinder. Tidak memiliki
arti yang banyak, mungkin sekali berrati adanya radang yang ringan.
g) Benang lendir (mucus filaments)
Ini didapat pada iritasi permukaan selaput lendir saluran
kemih.
h) Spermatozoa
Bisa ditemukan dalam urin pria atau wanita dan tidak
memiliki arti klinik.
i)
Bakteri
Bakteri yang dijumpai bersama lekosit yang meningkat
menunjukkan adanya infeksi dan dapat diperiksa lebih lanjut dengan pewarnaan
Gram atau dengan biakan (kultur) urin untuk identifikasi. Tetapi jika ada
bakteri namun sedimen “bersih”, kemungkinan itu merupakan cemaran (kontaminasi)
saja.
j)
Sel
jamur
Menunjukkan infeksi oleh jamur (misalnya Candida) atau
mungkin hanya cemaran saja.
k)
Trichomonas
sp.
Ini
adalah parasit yang bila dijumpai dalam urin dapat menunjukkan infeksi pada
saluran kemih pada laki-laki maupun perempuan.
3.
Pemeriksaan
Kimia Urin
Di samping cara konvensional, pemeriksaan kimia urin dapat
dilakukan dengan cara yang lebih sederhana dengan hasil cepat, tepat, spesifik
dan sensitif yaitu memakai reagens pita. Reagens pita (strip) dari berbagai
pabrik telah banyak beredar di Indonesia. Reagens pita ini dapat dipakai untuk
pemeriksaan pH, protein, glukosa, keton, bilirubin, darah, urobilinogen dan
nitrit.
a)
Pemeriksaan
glukosa
Dalam urin dapat dilakukan dengan memakai reagens pita.
Selain itu penetapan glukosa dapat dilakukan dengan cara reduksi ion cupri
menjadi cupro. Dengan cara reduksi mungkin didapati hasil positip palsu pada
urin yang mengandung bahan reduktor selain glukosa seperti : galaktosa,
fruktosa, laktosa, pentosa, formalin, glukuronat dan obat-obatan seperti
streptomycin, salisilat, vitamin C. Cara enzimatik lebih sensitif dibandingkan
dengan cara reduksi. Cara enzimatik dapat mendeteksi kadar glukosa urin sampai
100 mg/dl, sedangkan pada cara reduksi hanya sampai 250 mg/dl.
b)
Benda-
benda keton
Dalam urin terdiri atas aseton, asam asetoasetat dan asam
13-hidroksi butirat. Karena aseton mudah menguap, maka urin yang diperiksa
harus segar. Pemeriksaan benda keton dengan reagens pita ini dapat mendeteksi
asam asetoasetat lebllh dari 5--10 mg/dl, tetapi cara ini kurang peka untuk aseton
dan tidak bereaksi dengan asam beta hidroksi butirat. Hasil positif palsu
mungkin didapat bila urin mengandung bromsulphthalein, metabolit levodopa dan
pengawet 8-hidroksi-quinoline yang berlebihan.
Dalam keadaan normal pemeriksaan benda keton dalam urin
negatif. Pada keadaan puasa yang lama, kelainan metabolisme karbohidrat seperti
pada diabetes mellitus, kelainan metabolisme lemak didalam urin didapatkan
benda keton dalam jumlah yang tinggi.
c)
Pemeriksaan
bilirubin
Dalam urin berdasarkan reaksi antara garam diazonium dengan
bilirubin dalam suasana asam, yang menimbulkan warna biru atau ungu tua. Garam
diazonium terdiri dari p-nitrobenzene diazonium dan p-toluene sulfonate,
sedangkan asam yang dipakai adalah asam sulfo salisilat.
Adanya bilirubin 0,05-1 mg/dl urin akan memberikan basil
positif dan keadaan ini menunjukkan kelainan hati atau saluran empedu. Hasil
positif palsu dapat terjadi bila dalam urin terdapat mefenamic acid,
chlorpromazine dengan kadar yang tinggi sedangkan negatif palsu dapat terjadi
bila urin mengandung metabolit pyridium atau serenium.
d)
Pemeriksaan
urobilinogen
Dengan reagens pita perlu urin segar. Dalam keadaan normal
kadar urobilinogen berkisar antara 0,1 - 1,0 Ehrlich unit per dl urin.
Peningkatan ekskresi urobilinogen urin mungkin disebabkan oleh kelainan hati,
saluran empedu atau proses hemolisa yang berlebihan di dalam tubuh.
Dalam
keadaan normal tidak terdapat darah dalam urin, adanya darah dalam urin mungkin
disebabkan oleh perdarahan saluran kemih atau pada wanita yang sedang haid.
Dengan pemeriksaan ini dapat dideteksi adanya 150-450 ug hemoglobin per liter
urin. Tes ini lebih peka terhadap hemoglobin daripada eritrosit yang utuh
sehingga perlu dilakukan pula pemeriksaan mikroskopik urin. Hasil negatif palsu
bila urin mengandung vitamin C lebih dari 10 mg/dl. Hasil positif palsu
didapatkan bila urin mengandung oksidator seperti hipochlorid atau peroksidase
dari bakteri yang berasal dari infeksi saluran kemih atau akibat pertumbuhan
kuman yang terkontaminasi.
D. Jenis
Sampel Urine
1.
Urine
sewaktu / urine acak (random).
Urine sewaktu adalah urine yang
dikeluarkan setiap saat dan tidak ditentukan secara khusus. Mungkin sampel
encer, isotonik, atau hipertonik dan mungkin mengandung sel darah putih,
bakteri, dan epitel skuamosa sebagai kontaminan. Jenis sampel ini cukup baik
untuk pemeriksaan rutin tanpa pendapat khusus.
2.
Urine
pagi
Pengumpulan sampel pada pagi hari
setelah bangun tidur, dilakukan sebelum makan atau menelan cairan apapun. Urine
satu malam mencerminkan periode tanpa asupan cairan yang lama, sehingga
unsur-unsur yang terbentuk mengalami pemekatan. Urine pagi baik untuk
pemeriksaan sedimen dan pemeriksaan rutin serta tes kehamilan berdasarkan
adanya HCG (human chorionic gonadothropin) dalam urine.
3.
Urine
tampung 24 jam
Urine tampung 24 jam adalah urine
yang dikeluarkan selama 24 jam terus-menerus dan dikumpulkan dalam satu wadah.
Urine jenis ini biasanya digunakan untuk analisa kuantitatif suatu zat dalam
urine, misalnya ureum, kreatinin, natrium, dsb. Urine dikumpulkan dalam suatu
botol besar bervolume 1.5 liter dan biasanya dibubuhi bahan pengawet, misalnya
toluene.
E. Prosedur
Pengumpulan Sampel Urine
Pengambilan spesimen urine dilakukan oleh penderita sendiri
(kecuali dalam keadaan yang tidak memungkinkan). Sebelum pengambilan spesimen,
penderita harus diberi penjelasan tentang tata cara pengambilan yang benar.
Spesimen urine yang ideal adalah urine pancaran tengah (midstream),
di mana aliran pertama urin dibuang dan aliran urine selanjutnya ditampung
dalam wadah yang telah disediakan. Pengumpulan urine selesai sebelum aliran
urine habis. Aliran pertama urine berfungsi untuk menyiram sel-sel dan mikroba
dari luar uretra agar tidak mencemari spesimen urine.
Sebelum dan sesudah pengumpulan urine, pasien harus mencuci
tangan dengan sabun sampai bersih dan mengeringkannya dengan handuk, kain yang
bersih atau tissue. Pasien juga perlu membersihkan daerah genital sebelum
berkemih. Wanita yang sedang haid harus memasukkan tampon yang bersih sebelum
menampung spesimen.
Pasien yang tidak bisa berkemih sendiri perlu dibantu orang
lain (mis. keluarga atau perawat). Orang-orang tersebut harus diberitahu dulu
mengenai cara pengumpulan sampel urine; mereka harus mencuci tangannya sebelum
dan sesudah pengumpulan sampel; menampung urine midstream dengan baik. Untuk
pasien anak-anak mungkin perlu dipengaruhi/dimaotivasi untuk mengeluarkan
urine. Pada pasien bayi dipasang kantung penampung urine pada genitalia.
Pada kondisi tertentu, urine kateter juga dapat digunakan.
Dalam keadaan khusus, misalnya pasien dalam keadaan koma atau pasien gelisah,
diperlukan kateterisasi kandung kemih melalui uretra. Prosedur ini menyebabkan
1 - 2 % risiko infeksi dan menimbulkan trauma uretra dan kandung kemih. Untuk
menampung urine dari kateter, lakukan desinfeksi pada bagian selang kateter
dengan menggunakan alkohol 70%. Aspirasi urine dengan menggunakan spuit
sebanyak 10 – 12 ml. Masukkan urine ke dalam wadah dan tutup rapat. Segera
kirim sampel urine ke laboratorium.
Untuk mendapatkan informasi mengenai kadar analit dalam
urine biasanya diperlukan sampel urine 24 jam. Cara pengumpulan urine 24 jam
adalah :
- Pada hari pengumpulan, pasien harus membuang urin pagi pertama. Catat tanggal dan waktunya. Semua urine yang dikeluarkan pada periode selanjutnya ditampung.
- Jika pasien ingin buang air besar, kandung kemih harus dikosongkan terlebih dahulu untuk menghindari kehilangan air seni dan kontaminasi feses pada sampel urin wanita.
- Keesokan
paginya tepat 24 jam setelah waktu yang tercatat pada wadah, pengumpulan
urin dihentikan.Spesimen urine sebaiknya didinginkan selama periode
pengumpulan.
DAFTAR PUSTAKA
Poedjiadi, A. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.
Colby, 1992, Ringkasan Biokimia Harper, Alih Bahasa: Adji Dharma, Jakarta,
EGC
wilmar musram, 2000, Praktikum Urine, Penuntun Praktikum Biokimia, Widya Medika, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar