BAB I
PEINDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pengetahuan tentang asuhan
keperawatan muskuloskeleta makin dibutuhkan mahasiswa ataupun perawat selaku
pemberi pelayan kesehatan. Pergeseran tingkat pendidikan pada dunia keperawatan
di Indonesia menuju era profesionalisasi menjadikan asuhan keperawatan pada
pola asuhan per sistem. Perkembangan asuhan keperawatan sistem muskoskeletal
sendiri sejak lama tidak lepas dari bedah ortopedi, suatu disiplin ilmu dari
bagian medis yang di Indonesia sekarang ini masih belum dikenal luas oleh
masyarakat. Hal ini disebabkan oleh keadaan masih adanya peranan yang cukup
besar dari ahli urut tulang (khususnya di daerah), yaitu lebih dari 25% klien
berobat ke ahli urut tulang/dukun patah tanpa memnadang derajat sosial dan
pendidikan dan umumnya datang ke rumah sakit setelah timbul penyulit atau
penyakit sudah dalam stadium lanjut. Untuk mengantisipasi masalah tersebut,
salah satu fungsi dari peranan perawat adalah mensosialisasikan pada masyarakat
umum guna mencegah/menghindari hal-hal yang sebenarnya tidak perlu terjadi.
Oleh karena itu, kami
menyusun makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan dengan Gangguan
Muskuloskeletal: Gout dan Rheumatoid Arthritis“. Dengan harapan sebagai perawat
kita mampu memahami konsep penyakit yang dialami klien dengan gangguan sistem
Muskuloskeletal, khususnya Gout dan Rheumatoid Arthristis, sehingga kita pun
mampu memberi asuhan keperawatan yang tepat dan kontrahensif, yang meliputi
pengenalan konsep anatomi fisiologi, dan patofisiologi sistem muskuloskeletal,
pengkajian untuk menegakkan masalah keperawatan, perencanaan dan tindakan
keperawatan, sampai mengevaluasi hasil asuhan keperawatan pada masalah sistem
muskuloskeletal.
B.
Tujuan
Diharapkan agar Mahasiswa/i
tingkat II Program Studi D III Keperawatan, mampu memahami tentang konsep asuhan keperawatan pada klien
dengan Rheumatoid Arthritis Juvenil.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Rheumatoid Arthritis Juvenil
Artritis Reumatoid Juvenil (ARJ) adalah
salah satu penyakit Reumatoid yang paling sering pada anak, dan merupakan
kelainan yang paling sering menyebabkan kecacatan. Ditandai dengan kelainan
karakteristik yaitu sinovitis idiopatik dari sendi kecil, disertai dengan
pembengkakan dan efusi sendi. Ada 3 tipe ARJ menurut awal penyakitnya yaitu:
oligoartritis (pauciarticular disease),
poliartritis dan sistemik.
Penyakit reumatik merupakan sekelompok penyakit yang
sebelumnya dikenal sebagai penyakit jaringan ikat. Menurut kriteria American Rheumatism Association (ARA)
artritis reumatoid juvenil (ARJ) merupakan penyakit reumatik yang termasuk ke
dalam kelompok penyakit jaringan ikat yang terdiri lagi dari beberapa penyakit.
B.
Etiologi
Penyebab utama penyakit
reumatik masih belum diketahui secara pasti.Biasanya merupakan kombinasi dari
faktor genetik, lingkungan, hormonal dan faktor sistem reproduksi.Namun faktor
pencetus terbesar adalah faktor infeksi seperti bakteri, mikoplasma dan virus
(Lemone & Burke, 2001).Ada beberapa teori yang dikemukakan sebagai penyebab
artritis reumatoid, yaitu:
1. Infeksi Streptokkus hemolitikus dan Streptococcus
non-hemolitikus
2. Endokrin
3. Autoimmun
4. Metabolik
5. Faktor genetik serta pemicu lingkungan
Pada saat ini artritis
reumatoid diduga disebabkan oleh faktor autoimun dan infeksi. Autoimun ini bereaksi
terhadap kolagen tipe II; faktor infeksi mungkin disebabkan oleh karena virus
dan organisme mikroplasma atau grup difterioid yang menghasilkan antigen tipe
II kolagen dari tulang rawan sendi penderita.
C. Patofisiologi
Arthritis reumatoid ditandai
dengan peradangan sinovial kronis yang non supuratif. Jaringan sinovila yang
terkena edematoda, hiperemis, dan infiltrasi oleh limfosit dan sel plasma.
Bertambahnya sekresi cairan sendi menimbulkan efusi. Penonjolan dari membran
sinovialis yang menebal membentuk vili yang menonjol ke dalam ruang sendi;
reumatoid sinovial yang hiperplastik dapat menyebar dan melekat pada kartilago
artikuler. Pada sinovitis kronis dan proliferasi sinovial yang berkelanjutan,
kartilago artikuler dan struktur sendi lainnya dapat tererosi dan rusak secara
progresif. Lamanya sinovitis sebelum sendi menjadi rusak secara permanen,
bervariasi pada umumnya, kerusakan kartilago artikuler terakhir dalam
perjalanan JRA terjadi lebih belakangan daripada penyakit yang mulai timbul
pada/dimulai dewasa, dan banyak anak menderita JRA tidak pernah mendapat cedera
sendi permanen walaupun sinovitisnya lama.
Penghancuran sendi terjadi
lebih sering pada anak dengan penyakit faktor reumatoid positif atau penyakit
yang timbul/dimulai secara sistemik. Bila penghancuran sendi telah dimulai,
dapat terjadi erosi tulang subkhondral, penyempitan “rung sendi” (kehilangan
kartilago artikulera), penghancuran atau fusi tulang, dan deformitas,
subluksasio atau ankilosis persendian. Mungkin dijumpai tenosinovitis dan
miositis. Osteoporosis, periostitis, perumbuhan epifiseal yang dipercepat, dan
penutupan epifiseal yang prematur dapat terjadi dekat dengan sendi yang
terkena.
Nodul reumatoid kurang
sering terjadi pada anak daripada orang dewasa, terutama pada penyakit
reumatoid positif, dan memperluhatkan bahan fibrinoid yang dikelilingi oleh sel
radang kronis. Pleura, perikardium, dan peritoneum dapat menampakkan serositis
fibrinosa nonspesifik; yang jarang yaitu perikarditis konstriktif kronis, jika
pernah terjadi. Ruam reumatoid secara histologi tampak seperti vaskulitis
ringan, dengan sedikit sel radang yang mengelilingi pembuluh darah kecil pada
jaringan subepitel.
D. Gejala Klinis / Symptom
1. Artritis
Adalah gejala klinis utama yang terlihat
secara obyektif. Ditandai dengan salah satu dari gejala pembengkakan atau
efusi sendi, atau paling sedikit 2 dari 3 gejala peradangan yaitu gerakan yang
terbatas, nyeri jika digerakkan dan panas. Nyeri atau sakit biasanya tidak
begitu menonjol. Pada anak kecil, yang lebih jelas adalah kekakuan sendi
pada pergerakan, terutama pada pagi (morning stiffness).
2. Tipe onset
poliartritis
Terdapat pada penderita yang menunjukkan
gejala arthritis pada lebih dari 4 sendi, sedangkan tipe onset oligoartritis 4
sendi atau kurang. Pada tipe oligoartritis sendi besar lebih sering terkena dan
biasanya pada sendi tungkai. Pada tipe poliartritis lebih sering terdapat pada
sendi-sendi jari dan biasanya simetris, bisa juga pada sendi lutut, pergelangan
kaki, dan siku.
3. Tipe onset
sistemik
Ditandai dengan
demam intermiten dengan puncak tunggal atau ganda, lebih dari 39o C
selama 2 minggu atau lebih, artritis disertai kelainan sistemik lain berupa
ruam rematoid serta kelainan viseral misalnya hepatosplenomegali, serositis
atau limfadenopati.
E. Klasifikasi
1.
Pauciarticular
Pauciarticular artinya ada
empat atau lebih sendi yang terlibat atau terkena peradangan ini. Artritis ini
adalah bentuk paling umum JRA; sekitar setengah dari semua anak-anak dengan JRA
memiliki tipe ini. Ini biasanya terjadi pada sendi yang besar, seperti lutut.
Gadis di bawah usia 8 tahun paling sering terkena JRA ini.Beberapa anak dengan
pauciarticular JRA memiliki abnormal protein dalam darah yang disebut
antinuclear antibodi (ANAs).Penyakit mata sering terjadi 20% hingga 30% dari
anak-anak dengan pauciarticular JRA dan lebih sering terjadi lagi pada
anak-anak dengan abnormal ANAs. Pemeriksaan rutin ke dokter opthalmologi(dokter
spesialis penyakit mata) diperlukan untuk mengobati masalah mata yang serius
seperti iritis (radang iris atau bagian yang berwarna dari mata) atau uveitis
(peradangan mata yang terdalam , atau uvea).
2. Polyarticular
Sekitar 30% dari semua
anak-anak dengan JRA mempunyai penyakit polyarticular, di mana lima atau lebih
sendi yang terpengaruh. Sendi kecil, seperti yang di tangan dan dikaki sering
terkena penyakit ini tetapi terkadang juga terjadi pada sendi besar. JRA
Polyarticular yang tersering adalah simetris (dimana sendi yang terkena sering
terjadi pada kedua tubuh yang sama). Beberapa anak dengan penyakit polyarticular
memiliki jenis antibodi khusus dalam darah yang disebut rheumatoid factor.
Anak-anak yang terkena penyakit ini merasa gejala yang terjadi lebih parah dan
dokter mengidentifikasinya dengan gejala rheumatoid arthritis orang dewasa.
3.
Sistemik
Seiring dengan pembengkakan
sendi, bentuk sistemik JRA ditandai oleh demam dan warna merah muda, dan
mungkin juga mempengaruhi organ seperti jantung, hati, limpa, dan kelenjar
getah bening. Bentuk sistemik, kadang-kadang disebut Still's desease,
mempengaruhi 20% dari anak-anak dengan JRA. Hampir semua anak dengan jenis JRA
inibila dites hasilnya negatif untuk kedua rheumatoid factor dan ANA. Sejumlah
kecil anak-anak dengan penyakit sistemik ini akan berkembang menjadi arthritis
nanti dan prosesnya berkembang hingga dewasa.
F. Manifestasi Klinis
Ada beberapa gambaran / manifestasi klinik yang
ditemukan pada penderita reumatik. Gambaran klinik ini tidak harus muncul
sekaligus pada saat yang bersamaan oleh karena penyakit ini memiliki gambaran
klinik yang sangat bervariasi.
1. Gejala-gejala konstitusional, misalnya lelah, kurang
nafsu makan, berat badan menurun dan demam.
2. Poliartritis simetris (peradangan sendi pada sisi kiri
dan kanan) terutama pada sendi perifer, termasuk sendi-sendi di tangan, namun
biasanya tidak melibatkan sendi-sendi antara jari-jari tangan dan kaki. Hampir
semua sendi diartrodial (sendi yang dapat digerakan dengan bebas) dapat
terserang.
3. Kekakuan di pagi hari selama lebih dari 1 jam, dapat
bersifat umum tetapi terutama menyerang sendi-sendi. Kekakuan ini berbeda
dengan kekakuan sendi pada osteoartritis (peradangan tulang dan sendi), yang
biasanya hanya berlangsung selama beberapa menit dan selama kurang dari 1 jam.
4. Artritis erosif merupakan merupakan ciri khas penyakit
ini pada gambaran radiologik. Peradangan sendi yang kronik mengakibatkan
pengikisan ditepi tulang.
5. Deformitas: kerusakan dari struktur penunjang sendi
dengan perjalanan penyakit. Pergeseran ulnar atau deviasi jari, pergeseran
sendi pada tulang telapak tangan dan jari, deformitas boutonniere dan leher
angsa adalah beberapa deformitas tangan yang sering dijumpai pada penderita. .
Pada kaki terdapat tonjolan kaput metatarsal yang timbul sekunder dari
subluksasi metatarsal.Sendi-sendi yang besar juga dapat terserang dan mengalami
pengurangan kemampuan bergerak terutama dalam melakukan gerakan ekstensi.
6. Nodula-nodula reumatoid adalah massa subkutan yang
ditemukan pada sekitar sepertiga orang dewasa penderita rematik. Lokasi yang
paling sering dari deformitas ini adalah bursa olekranon (sendi siku) atau di
sepanjang permukaan ekstensor dari lengan, walaupun demikian tonjolan) ini
dapat juga timbul pada tempat-tempat lainnya.Adanya nodula-nodula ini biasanya
merupakan petunjuk suatu penyakit yang aktif dan lebih berat.
7. Manifestasi ekstra-artikular (diluar sendi): reumatik
juga dapat menyerang organ-organ lain diluar sendi. Seperti mata: Kerato
konjungtivitis, sistem cardiovaskuler dapat menyerupai perikarditis konstriktif
yang berat, lesi inflamatif yang menyerupai nodul rheumatoid dapat dijumpai
padamiokardium dan katup jantung, lesi ini dapat menyebabkan disfungsi katup,
fenomena embolissasi, gangguan konduksi dan kardiomiopati.
G. Penatalaksanaan
Pengobatan utama adalah suportif. Tujuan
utama adalah mengendalikan gejala klinis, mencegah deformitas, meningkatkan
kualitas hidup.
1. Garis besar
pengobatan
Meliputi : (1) Program dasar yaitu
pemberian : Asam asetil salisilat; Keseimbangan aktifitas dan istirahat;
Fisioterapi dan latihan; Pendidikan keluarga dan penderita; Keterlibatan
sekolah dan lingkungan; (2). Obat anti-inflamasi non steroid yang lain, yaitu
Tolmetindan Naproksen; (3). Obat steroid intra-artikuler; (4). Perawatan Rumah
Sakit dan (5). Pembedahan profilaksis dan rekonstruksi.
2. Asam asetil
salisilat
Obat anti-inflamasi non steroid (NSAID)
terpenting untuk ARJ, bekerja menekan inflamasi, aman untuk pemakaian jangka
panjang. Dosis yang efektif adalah 75-90mg/kgBB/ hari dibagi 3-4
dosis, diberikan 1-2 tahun setelah gejala klinis hilang.
3. Analgesik lain.
Asetaminofen bermanfaat untk mengontrol
nyeri atau demam terutama pada tipe sistemik, tidak boleh dipakai dalam jangka
waktu lama karena menimbulkan kelainan ginjal.
4. NSAID yang
lain.
Sebagian besar NSAID yang baru tidak boleh
diberikan pada anak, pemakaiannya hanya untuk mengontrol nyeri, kekakuan, dan
inflamasi pada anak yang tidak responsif terhadap asam asetil salisilat atau
sebagai pengobatan awal. Tolmetin diberikan
dengan dosis 30 mg/kgBB/hari ternyata cukup efektif. Selain itu Naproksen dengan dosis
10-15mg/kgBB/hari memberikan hasil pengobatan yang cukup baik.
5. Obat-obat yang
dapat memodifikasi perjalana penyakit (DMARDs)
Pengobatan ARJ kadang-kadang memerlukan
waktu cukup lama sehingga menimbulkan keputusasaan dan ketidakpercayaan pada
penderita maupun orang tuanya. DMRAIDs akan memperpendek perjalanan penyakit
dan masa rawat inap. Obat-obat ini hanya boleh diberikan pada poliartritis
progresif yang tidak responsif terhadap Asam Asetil Salisilat Tabel 4
menunujukkan DMRAIDs, efek samping dan pemantauannya.
6. Hidroksiklorokuin
Bermanfaat pada anak yang cukup besar
dengan dosis awal 6-7mg/kgBB/hari, setelah 8 minggu diturunkan menjadi
5mg/kgBB/hari. Bila setelah 6 bulan pengobatan tidak diperoleh perbaikan
hidroksiklorokuin harus dihentikan. Ketika memulai jangan lupa meyakinkan bahwa
tidak ada defisiensi G6PD karena bisa terjadi hemolisis.
7. Kortikosteroid
Digunakan bila terdapat gejala
sistemik,uveitis kronik atau untuk suntikan intra-artikular. Dosis awal adalah
0,25-1 mg/kgBB/hari dosis tunggal, atau dosis terbagi pada kasus berat. Bila
terjadi perbaikan klinis maka dosis diturunkan pelan-pelan (tappering of).
8. Imunosupresan
Hanya diberikan dalam protokol
eksperimental untuk keadaan berat yang mengancam jiwa, walaupun beberapa pusat
kesehatan sudah memakai untuk pengobatan baku. Yang paling banyak digunakan
adalah metotreksat dengan
indikasi untuk poliartritis berat atau gejala sistemik yang tidak membaik
dengan NSAID, hidroksiklorokuin atau garam emas. Dosis awal metotreksat adalah 5mg/m2/minggu
dapat dinaikkan menjadi 10mg/m2/minggu setelah 9 minggu tidak ada
perbaikan. Lama pengobatan adalah 6 bulan.
9. Obat-obat ARJ yang lain
Naproksen 10-20 mg/kg bb/hari 2 x sehari; Tolmetin 25
mg/kg bb/hari 4 x sehari; dan Ibuprofen 35 mg/kg bb/hari 4 x sehari.
10. Evaluasi pengobatan
Setelah 2-4 bulan, pemeriksaan laboratorium yang tetap
menunjukkan aktivasi penyakit, tanda untuk pemberian DMRAIDs lain.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A.
Pengkajian
Data dasar pengkajian pasien tergantung padwa
keparahan dan keterlibatan organ-organ lainnya ( misalnya mata, jantung,
paru-paru, ginjal ), tahapan misalnya eksaserbasi akut atau remisi dan
keberadaaan bersama bentuk-bentuk arthritis lainnya.
1. Aktivitas/ istirahat
Gejala : Nyeri sendi
karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stres pada sendi; kekakuan pada
pagi hari, biasanya terjadi bilateral dan simetris.Limitasi fungsional yang
berpengaruh pada gaya hidup, waktu senggang, pekerjaan, keletihan.
Tanda : Malaise.Keterbatasan rentang gerak; atrofi otot, kulit, kontraktur/ kelaianan pada sendi.
Tanda : Malaise.Keterbatasan rentang gerak; atrofi otot, kulit, kontraktur/ kelaianan pada sendi.
2. Kardiovaskuler
Gejala : Fenomena Raynaud jari tangan/ kaki ( pucat intermitten, sianosis, kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal).
Gejala : Fenomena Raynaud jari tangan/ kaki ( pucat intermitten, sianosis, kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal).
3. Integritas ego
Gejala : Faktor-faktor
stres akut/ kronis: mis; finansial, pekerjaan, ketidakmampuan, faktor-faktor
hubungan.Keputusan dan ketidakberdayaan ( situasi ketidakmampuan ).Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas
pribadi ( misalnya ketergantungan pada orang lain).
4. Makanan/ cairan
Gejala : Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi
makanan/ cairan adekuat: mual, anoreksia.Kesulitan untuk mengunyah ( keterlibatan TMJ )
Tanda : Penurunan berat badan.Kekeringan pada membran mukosa.
Tanda : Penurunan berat badan.Kekeringan pada membran mukosa.
5. Hygiene
Gejala : Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi.Ketergantungan.
Gejala : Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi.Ketergantungan.
6. Neurosensori
Gejala : Kebas, semutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari tangan.Pembengkakan sendi simetris.
Gejala : Kebas, semutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari tangan.Pembengkakan sendi simetris.
7. Nyeri/ kenyamanan
Gejala : Fase akut
dari nyeri ( mungkin tidak disertai oleh pembengkakan jaringan lunak pada sendi
).
8. Keamanan
Gejala : Kulit mengkilat, tegang, nodul subkutaneus.Lesi kulit, ulkus kaki.Kesulitan dalam ringan dalam menangani tugas/ pemeliharaan rumah tangga.Demam ringan menetap.Kekeringan pada meta dan membran mukosa.
Gejala : Kulit mengkilat, tegang, nodul subkutaneus.Lesi kulit, ulkus kaki.Kesulitan dalam ringan dalam menangani tugas/ pemeliharaan rumah tangga.Demam ringan menetap.Kekeringan pada meta dan membran mukosa.
9. Interaksi social
Gejala : Kerusakan
interaksi sosial dengan keluarga/ orang lain; perubahan peran; isolasi.
B. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan agen pencedera, distensi jaringan
oleh akumulasi cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.
Dapat dibuktikan oleh keluhan nyeri, ketidaknyamanan, kelelahan, berfokus pada diri sendiri,
Perilaku distraksi/ respons autonomic.Perilaku yang bersifat hati-hati/ melindungi.Hasil yang diharapkan/
kriteria evaluasi pasien akan :
a. Menunjukkan nyeri hilang/ terkontrol
b. Terlihat rileks, dapat tidur/beristirahat dan
berpartisipasi dalam aktivitas sesuai kemampuan.
c. Mengikuti program farmakologis yang diresepkan
d. Menggabungkan keterampilan relaksasi dan aktivitas
hiburan ke dalam program kontrol nyeri.
Intervensi dan Rasional :
a. Selidiki keluhan nyeri, catat lokasi dan intensitas .
Catat faktor-faktor yang mempercepat dan tanda-tanda rasa sakit non verbal.
Rasional : Membantu dalam
menentukan kebutuhan manajemen nyeri dan keefektifan program.
b. Berikan matras/ kasur keras, bantal kecil,. Tinggikan
linen tempat tidur sesuai kebutuhan
Rasional : Matras yang
lembut/ empuk, bantal yang besar akan mencegah pemeliharaan kesejajaran tubuh
yang tepat, menempatkan stress pada sendi yang sakit. Peninggian linen tempat
tidur menurunkan tekanan pada sendi yang terinflamasi/nyeri.
c. Anjurkan pasien untuk mandi air hangat atau mandi
pancuran pada waktu bangun dan/atau pada waktu tidur. Sediakan waslap hangat
untuk mengompres sendi-sendi yang sakit beberapa kali sehari. Pantau suhu air
kompres, air mandi, dan sebagainya.
Rasional : Panas
meningkatkan relaksasi otot, dan mobilitas, menurunkan rasa sakit dan
melepaskan kekakuan di pagi hari. Sensitivitas pada panas dapat dihilangkan dan
luka dermal dapat disembuhkan.
d. Beri obat sebelum aktivitas/ latihan yang direncanakan
sesuai petunjuk.
Rasional : Meningkatkan
realaksasi, mengurangi tegangan otot/ spasme, memudahkan untuk ikut serta dalam
terapi.
e. Kolaborasi: Berikan obat-obatan sesuai petunjuk
(mis:asetil salisilat).
Rasional : sebagai anti
inflamasi dan efek analgesik ringan dalam mengurangi kekakuan dan meningkatkan
mobilitas.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas
skeletal, nyeri, penurunan
kekuatan otot.
Dapat dibuktikan oleh : Keengganan untuk mencoba
bergerak/ ketidakmampuan untuk dengan sendiri bergerak dalam lingkungan fisik.Membatasi
rentang gerak, ketidakseimbangan koordinasi, penurunan kekuatan otot/ kontrol
dan massa ( tahap lanjut ).Hasil yang diharapkan/ kriteria Evaluasi-Pasien akan
:
a. Mempertahankan fungsi posisi dengan tidak hadirnya/
pembatasan kontraktur.
b. Mempertahankan ataupun meningkatkan kekuatan dan
fungsi dari dan/ atau kompensasi bagian tubuh.
c. Mendemonstrasikan tehnik/ perilaku yang memungkinkan
melakukan aktivitas
Intervensi dan Rasional :
a. Pertahankan istirahat tirah baring/ duduk jika
diperlukan jadwal aktivitas untuk memberikan periode istirahat yang terus
menerus dan tidur malam hari yang tidak terganmggu.
Rasional : Istirahat
sistemik dianjurkan selama eksaserbasi akut dan seluruh fase penyakit yang
penting untuk mencegah kelelahan mempertahankan kekuatan
b. Bantu dengan rentang gerak aktif/pasif, demikiqan juga
latihan resistif dan isometris jika memungkinkan.
Rasional : Mempertahankan/
meningkatkan fungsi sendi, kekuatan otot dan stamina umum. Catatan : latihan
tidak adekuat menimbulkan kekakuan sendi, karenanya aktivitas yang berlebihan
dapat merusak sendi.
c. Ubah posisi dengan sering dengan jumlah personel
cukup. Demonstrasikan/ bantu tehnik pemindahan dan penggunaan bantuan
mobilitas, mis, trapeze.
Rasional : Menghilangkan
tekanan pada jaringan dan meningkatkan sirkulasi. Mempermudah perawatan diri
dan kemandirian pasien. Tehnik pemindahan yang tepat dapat mencegah robekan
abrasi kulit.
d. Kolaborasi: konsul dengan fisoterapi.
Rasional : Berguna dalam
memformulasikan program latihan/ aktivitas yang berdasarkan pada kebutuhan
individual dan dalam mengidentifikasikan alat
e. Kolaborasi: Berikan matras busa/ pengubah tekanan.
Rasional : Menurunkan
tekanan pada jaringan yang mudah pecah untuk mengurangi risiko imobilitas
3. Gangguan Citra Tubuh / Perubahan Penampilan Peran
berhubungan dengan perubahan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum,
peningkatan penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas.
Dapat dibuktikan oleh : Perubahan fungsi dari
bagian-bagian yang sakit.
Bicara negatif tentang diri sendiri, fokus pada kekuatan masa lalu, dan penampilan.
Perubahan pada gaya hidup/ kemapuan fisik untuk melanjutkan peran, kehilangan pekerjaan, ketergantungan pada orang terdekat.Perubahan pada keterlibatan sosial; rasa terisolasi.
Perasaan tidak berdaya, putus asa.Hasil yang diharapkan / kriteria Evaluasi-Pasien akan :
Bicara negatif tentang diri sendiri, fokus pada kekuatan masa lalu, dan penampilan.
Perubahan pada gaya hidup/ kemapuan fisik untuk melanjutkan peran, kehilangan pekerjaan, ketergantungan pada orang terdekat.Perubahan pada keterlibatan sosial; rasa terisolasi.
Perasaan tidak berdaya, putus asa.Hasil yang diharapkan / kriteria Evaluasi-Pasien akan :
a. Mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam
kemampuan untuk menghadapi penyakit, perubahan pada gaya hidup, dan kemungkinan
keterbatasan.
b. Menyusun rencana realistis untuk masa depan.
Intervensi dan Rasional :
a. Dorong pengungkapan mengenai masalah tentang proses
penyakit, harapan masa depan.
Rasional : Berikan
kesempatan untuk mengidentifikasi rasa takut/ kesalahan konsep dan menghadapinya
secara langsung.
b. Diskusikan arti dari kehilangan/ perubahan pada
pasien/orang terdekat. Memastikan bagaimana pandangaqn pribadi pasien dalam
memfungsikan gaya hidup sehari-hari, termasuk aspek-aspek seksual.
Rasional : Mengidentifikasi
bagaimana penyakit mempengaruhi persepsi diri dan interaksi dengan orang lain
akan menentukan kebutuhan terhadap intervensi/ konseling lebih lanjut.
c. Diskusikan persepsi pasienmengenai bagaimana orang
terdekat menerima keterbatasan.
Rasional : Isyarat
verbal/non verbal orang terdekat dapat mempunyai pengaruh mayor pada bagaimana
pasien memandang dirinya sendiri.
d. Kolaborasi: Rujuk pada konseling psikiatri, mis:
perawat spesialis psikiatri, psikolog.
Rasional : Pasien/orang
terdekat mungkin membutuhkan dukungan selama berhadapan dengan proses jangka
panjang/ ketidakmampuan.
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan
musculoskeletal, penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak,
depresi.
Dapat dibuktikan oleh : Ketidakmampuan untuk mengatur
kegiatan sehari-hari.Hasil yang diharapkan/ kriteria Evaluasi-Pasien akan :
a. Melaksanakan aktivitas perawatan diri pada tingkat
yang konsisten dengan kemampuan individual.
b. Mendemonstrasikan perubahan teknik/ gaya hidup untuk
memenuhi kebutuhan perawatan diri.
c. Mengidentifikasi sumber-sumber pribadi/ komunitas yang
dapat memenuhi kebutuhan perawatan diri.
Intervensi dan Rasional :
a. Pertahankan mobilitas, kontrol terhadap nyeri dan
program latihan.
Rasional : Mendukung kemandirian
fisik/emosional.
b. Kaji hambatan terhadap partisipasi dalam perawatan
diri. Identifikasi /rencana untuk modifikasi lingkungan.
Rasional : Menyiapkan untuk
meningkatkan kemandirian, yang akan meningkatkan harga diri.
c. Kolaborasi: Konsul dengan ahli terapi okupasi.
Rasional : Berguna untuk
menentukan alat bantu untuk memenuhi kebutuhan individual. Mis; memasang
kancing, menggunakan alat bantu memakai sepatu, menggantungkan pegangan untuk
mandi pancuran.
d. Kolaborasi: Atur evaluasi kesehatan di rumah sebelum
pemulangan dengan evaluasi setelahnya.
Rasional : Mengidentifikasi
masalah-masalah yang mungkin dihadapi karena tingkat kemampuan actual.
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Arthritis rheumatoid adalah
penyakit inflamasi nonbakterial yang bersifat sistemik, progresif, cenderung
kronis yang menyerang beberapa sistem organ, dan paling sering ditemukan di
sendi.Penyebab Artritis reumatoid masih belum diketahui secara pasti walaupun
banyak hal mengenai patologis penyakit ini telah terungkap. Penyakit Artritis
reumatoid belum dapat dipastikan mempunyai hubungan dengan factor genetik .
namun, berbagai faktor (termasuk kecenderungan genetik) bisa mempengaruhi
reaksi antoimun. Faktor – faktor yang berperan antara lain adalah jenis
kelamin, infeksi, keturunan dan lingkungan. Dari penjelasan di atas, dapat
disimpulkan bahwa faktor yang berperan dalam timbulnya penyakit Artritis
reumatoid adalah jenis kelamin, keturunan, lingkungan, dan infeksi.
B.
Saran
Diharapkan mahasiswa dapat
memahami materi yang telah kami susun ini, dan dapat menginterpretasikan di
dalam melakukan tindakan keperawatan dalam praktik, khususnya pada pasien yang
menagalami gangguan sistem Rheumatoid Arthritis Juvenil, dan mampu memberikan
asuhan keperawatan yang sesuai.
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC. 2002.
http://www.askepnurse.blogspot.com/askep_rheumatoid_artritis.mht ( diakses tanggal 11 Desember 2009)
Cassidy JT., Levinson JE., Bass JC. A study of
classification criteria for a diagnosis of juvenile rheumatoid arthritis.
Arthritis Rheum 1986; 29:274–81.
Judarwanto, Widodo. 2008. Artritis Pada Anak,
available at: www. children’s
Tidak ada komentar:
Posting Komentar