Jumat, 11 April 2014

asuhan keperawatan solusio plasenta



A.     Pengertian Solusio Plasenta
Solutio Plasenta adalah lepasnya plasenta dengan implantasi normal sebelum waktunya pada kehamilan yang berusia di atas 28 minggu. (Arif Mansjoer. Kapita Selekta edisi 3 jilid 1, Media Aeskulapius. 2001).
Solutio Plasenta adalah terlepasnya plasenta yang letaknya normal pada korpus uteri sebelum janin lahir. (Prof. Dr. Hanifa Wikryosastro. Ilmu Kebidanan Jakarta. PT Gramedia. 1992 ).
Solutio Plasenta adalah suatu keadaan dalam kehamilan viable, dimana plasenta yang tempat implantasinya normal (pada fundus atau korpus uteri) terkelupas atau terlepas sebelum kala III. (Dr. Chrisdiono. M. Achadiat,SP.2003)
Solutio Plasenta adalah pelepasan sebagian atau seluruh plasenta yang normal implantasinya antara minggu 22 dan lahirnya anak. (Obstetri dan Ginekologi, FKU Padjadjaran Bandung, 1984)
Jadi solution plasenta adalah terlepasnya plasenta yang letaknya normal pada korpus uteri sebelum janin lahir, dengan masa kehamilan 22 minggu sampai 28 minggu / berat janin di atas 500 gr.
B.     Etilogi
Sebab primer Solutio Plasenta belum jelas, tapi diduga bahwa hal-hal tersebut dapat disebabkan karena:
1.      Hipertensi dalam kehamilan (penyakit hipertensi menahun, preeklamsia, eklamsia)
2.      Multiparitas, umur ibu yang tua.
3.      Tali pusat pendek.
4.      Uterus yang tiba-tiba mengecil (hidramnion, gemelli anak ke-2).
5.      Tekanan pada vena cava inferior.
6.      Defisiensi gizi, defisiensi asam folat.
7.      Trauma
Disamping itu ada pengaruh:
1.      Umur lanjut
2.      Multi Paritas
3.      Defisiensi ac. Folicum
4.      Defisiensi gizi
5.      Merokok
6.      Konsumsi alkohol
7.      Penyalahgunaan kokain

C.     Pathofisiologi
Terjadinya solusio plasenta dipicu oleh perdarahan ke dalam desidua basalis yang kemudian terbelah dan meningkatkan lapisan tipis yang melekat pada mometrium sehingga terbentuk hematoma desidual yang menyebabkan pelepasan, kompresi dan akhirnya penghancuran plasenta yang berdekatan dengan bagian tersebut.
Ruptur pembuluh arteri spiralis desidua menyebabkan hematoma retro plasenta yang akan memutuskan lebih banyak pembuluh darah, hingga pelepasan plasenta makin luas dan mencapai tepi plasenta, karena uterus tetap berdistensi dengan adanya janin, uterus tidak mampu berkontraksi optimal untuk menekan pembuluh darah tersebut. Selanjutnya darah yang mengalir keluar dapat melepaskan selaput ketuban.
Pathway :
Trauma
Perdarahan ke dalam desidualbasalis
Terbelah & meninggal lapisan tipis pada miometrium
Terbentuk hematoma desidual
Penghancuran plasenta
Ruptur pembuluh arteri spinalis desidua
Hematoma retroplasenta
Pelepasan plasenta lebih banyak
Uterus tidak mampu berkontraksi optimal
Darah mengalir keluar dapat melepaskan selaput ketuban
Syok hipovolemik
D.    Klasifikasi Solusio Plasenta
Plasenta yang terlepas semuanya disebut Solutio Plasenta Totalis. Plasenta yang terlepas sebagian disebut Solutio Plasenta Parsial. Plasenta yang terlepas hanya sebagian kecil pinggir plasenta disebut Ruptura Sinus Marginalis. Solutio Plasenta dibagi menjadi 3:
a.       Solutio Plasenta ringan
1.      tanpa rasa sakit
2.      pendarahan kurang dari 500cc warna akan kehitam-hitaman
3.      plasenta lepas kurang dari 1/5 bagian
4.      fibrinogen diatas 250mg %
b.      Solutio Plasenta sedang
1.      Bagian janin masih teraba
2.      Pendarahan antara 500-100cc
3.      Terjadi fetal distress
4.      Plasenta lepas kurang dari 1/3 bagian
c.       Solutio Plasenta berat
1.      abdomen nyeri,palpasi janin suka
2.      janin telah meninggal


E.     Manifestasi Klinis
1.      Anamnesis
Perdarahan biasanya pada trimester ketiga, perdarahan pervaginan berwarna kehitam-hitaman yang sedikit sekali dan tanpa rasa nyeri sampai dengan yang disertai nyeri perut, uterus tegang perdarahan pervaginan yang banyak, syok dan kematian janin intra uterin.
2.      Pemeriksaan fisik
Tanda vital dapat normal sampai menunjukkan tanda syok.
3.      Pemeriksaan obstetri
Nyeri tekan uterus dan tegang, bagian-bagian janin yang sukar dinilai, denyut jantung janin sulit dinilai / tidak ada, air ketuban berwarna kemerahan karena tercampur darah.
F.      Pemeriksaan Penunjang
1.      Pemeriksaan laboratorium darah : hemoglobin, hemotokrit, trombosit, waktu protombin, waktu pembekuan, waktu tromboplastin, parsial, kadar fibrinogen, dan elektrolit plasma.
2.      Cardiotokografi untuk menilai kesejahteraan janin.
3.      USG untuk menilai letak plasenta, usia gestasi dan keadaan janin.
G.    Komplikasi
1.      Langsung (immediate)
a.       Perdarahan
b.      Infeksi
c.       Emboli dan syok abtetric.
2.      Tidak langsung (delayed)
a.       couvelair uterus, sehinga kontraksi tak baik, menyebabkan perdarahan post partum.
b.      hipofibrinogenamia dengan perdarahan post partum.
c.       nikrosis korteks neralis, menyebabkan anuria dan uremia
d.      kerusakan-kerusakan organ seperti hati, hipofisis.
3.      Tergantung luas plasenta yang terlepas dan lamanya solusio plasenta berlangsung. Komplikasi pada ibu ialah perdarahan, koalugopati konsumtif (kadar fibrinogen kurang dari 150 mg % dan produk degradasi fibrin meningkat), oliguria, gagal ginjal, gawat janin, kelemahan janin dan apopleksia utero plasenta (uterus couvelar). Bila janin dapat diselamatkan, dapat terjadi komplikasi asfiksia, berat badan lahir rendah dan sindrom gagal nafas.
H.    Penatalaksanaan
1.      Harus dilakukan di rumah sakit dengan fasilitas operasi.
2.      Sebelum dirujuk , anjurkan pasien untuk tirah baring total dengan menghadap ke kiri , tidak melakukan senggama , menghindari peningkatan tekanan rongga perut.
3.      Pasang infus cairan Nacl fisiologi . Bila tidak memungkinkan . berikan cairan peroral.
4.      Pantau tekanan darah & frekuensi nadi tiap 15 menit untuk mendeteksi adanya hipotensi / syk akibat perdarahan . pantau pula BJJ & pergerakan janin.
5.      Bila terdapat renjatan , segera lakukan resusitasi cairan dan tranfusi darah , bila tidak teratasi , upayakan penyelamatan optimal . bila teratasi perhatikan keadaan janin.
6.      Setelah renjatan diatasi pertimbangkan seksio sesarea bila janin masih hidup atau persalinan pervaginam diperkirakan akan berlangsung lama . bila renjatan tidak dapat diatasi , upayakan tindakan penyelamatan optimal.
7.      Setelah syk teratasi dan janin mati , lihat pembukaan . bila lebih dari 6 cm pecahkan ketuban lalu infus oksitosin . bila kurang dari 6 cm lakukan seksio sesarea .
8.      Bila tidak terdapat renjatan dan usia gestasi kurang dari 37 minggu / taksiran berat janin kurang dari 2.500 gr . penganganan berdasarkan berat / ringannya penyakit yaitu:
a.     Solusi plasenta ringan .
Ekspektatif , bila ada perbaikan ( perdarahan berhenti , kontraksi uterus tidak ada , janin hidup ) dengan tirah baring atasi anemia , USG & KTG serial , lalu tunggu persalinan spontan.Aktif , bila ada perburukan ( perdarahan berlangsung terus , uterus berkontraksi , dapat mengancam ibu / janin ) usahakan partus pervaginam dengan amnintomi / infus oksitosin bila memungkinan . jika terus perdarahan skor pelvik kurang dari 5 / ersalinan masih lama , lakukan seksi sesarea .
b.    Slusio plasenta sedang / berat .
Resusitasi cairan..Atasi anemia dengan pemberian tranfusi darah.Partus pervaginam bila diperkirakan dapat berkurang dalam 6 jam perabdominam bila tidak dapat renjatan , usia gestasi 37 minggu / lebih / taksiran berat janin 2.500 gr / lebih , pikirkan partus perabdominam bila persalinan pervaginam diperkirakan berlangsung lama.



ASUHAN KEPERAWATAN
A.     Pengkajian
1.      Anemnesis
a.    Perasaan sakit yang tiba-tiba di perut;kadang-kadang pasien bisa melokalisir tempat mana yang paling sakit,dimana plasenta terlepas.
b.    Perdarahan pervaginam yang sifatnya bisa hebat dan sekonyong-konyong (Non-recurrent) terdiri dari darah segar dan beku-bekuan darah.
c.    Pergerakan anak mulai hebat kemudian terasa pelan dan akhirnya berhenti (anak tidak bergerak lagi).
d.    Kepala terasa pusing, lemas, muntah, pucat, pandangan berkunang-kunang, ibu kelihatan anemis tidak sesuai banyaknya darah yang keluar.
e.    Kadang-kadang ibu dapat menceritakan trauma dan factor kausal yang lain.
2.      Inspeksi
a.    Pasien gelisah,sering mengerang karena kesakitan.
b.    Pucat,sianosis,keringat dingin.
c.    Kelihatan darah pervaginam
3.      Palpasi
a.    Fundus uteri tambah naik  karena terbentuknya retroplasenter hematoma;uterus tidak sesuai dengan tuanya kehamilan.
b.    Uterus teraba tegang dan keras seperti papan yang di sebut uterus in bois (woonden uterus) baik waktu his maupun di luar his.
c.    Nyeri tekan terutama di tempat plasenta tadi terlepas.
d.    Bagian –bagian janin susah di kenali,Karena perut (uterus) tegang
4.      Auskultasi
Sulit karena uterus tegang.Bila denyut jantung janin terdengar biasanya di atas 140,kemudian turun di bawah 100 dan akhirnya hilang bila plasenta yang terlepas lebih dari sepertiga
5.      Pemeriksaan dalam
a.    Serfiks bisa telah terbuka atau masih tertutup.
b.    Kalo sudah terbuka maka ketuban dapat teraba menonjol atau tegang,baik sewaktu his atau di luar his.
c.    Kalo ketuban sudah pecah dan plasenta sudah terlepas seluruhnya,plasenta ini akan turun ke bawah dan teraba pada pemeriksaan, di sebut prolapsus plasenta,ini sering di kacaukan dengan plasenta previa.
6.      Pemeriksaan Umum
a.    Tensi semula  mungkin tinggi karena pasien sebelumnya menderita penyakit vaskuler,tetapi lambat laun turun dan pasien jatuh syok.
b.    Nadi cepat,kecil,filiformis
7.      Pemeriksaan laboratorium
a.    Urin à Albumin(+) ,pada pemeriksaan sedimen terdapat silinder dan lekosit
b.    Darah à Hb menurun (anemia),pemeriksaan golongan darah,kalo bisa cross match test.Karena pada solusio plasenta sering terjadi kelainan pembekuan darah a/hipofibrinogenemia,maka di periksakan pula COT (Clot Observation test)tiap 1 jam ,test kualitatif fibrinogen (fiberidex), dan tes kuantitatif fibrinogen (kadar normalnya 150 mg %).
8.      Pemeriksaan plasenta
Sesudah bayi dan plasenta lahir,kita periksa plasentanya.Biasanya tampak tipis dan cekung di bagian plasenta yang terlepas (krater) dan terdapat koagulum atau darah beku di belakang plasenta,yang di sebut hematoma retroplasenter. (Mochtar rustam,sinobsis obstetri Jilid I, edisi II EGC:1998,hal282-284)
B.     Diagnosa Keperawatan
a.    Gangguan rasa nyaman nyeri b/d tekanan darah meningkat.
b.    Defisist volume cairan tubuh b/d perdarahan.
c.    Gangguan perfusi jaringan tubuh b/d terlambatnya peredaran darah ke jaringan bagian distal.
d.    Resti cedera terhadap janin b/d insufiensi plasenta.
e.    Ketakutan b/d ancaman kematian terhadap diri sendiri dan janin.
C.     Intervensi Keperawatan
1.      Gangguan rasa nyaman nyeri b/d tekanan darah meningkat.
Tujuan : Klien akan menunjukan nyeri/ketidak nyamanan hilang
Kriteria Hasil : Nyeri hilang, TTV dalam batas normal dan Nyeri tekan hilang atau berkurang.
Intervensi dan rasional :
a.       Tentukan sifat dan lokasi dan durasi nyeri,kaji kontraksi uterus hemoragi atau nyeri abdomen.
R/ Membantu di dalam mendiagnosa dalam memilih tindakan,solusio     plasenta dengan nyeri hebat ,khususnya bila terjadi hemoragi renoplasenta tersembunyi.
b.      Kaji stress psikologi klien atau pasangan dan respon emosional terhadap kejadian.
R/ Ansietas sebagai respon terhadap situasi darurat dapat memperberat derajat ketidak nyamanan karena sindrom ketegangan,karena sindrom ketegangan,takut nyeri.
c.       Berikan lingkungan yang tenang untuk mengalihkan rasa nyeri, instruksikan klien menggunakan metoderelaksasi (misalnya napas dalam dan distraksi).
R/ Dapat membantu dalam menurunkan tingkatan ansietas dan karenanya mereduksi ketidaknyamanan.
d.      Kolaborasi pengosongan rahim secepat mungkin dengan pemecahan ketuban dan pemberian infus dan oksytoksin.
R/ Pemecahan ketuban tidak dimaksudkan untuk menghentikan perdarahan tapi untuk mempercepat persalinan dan mengurangi regangan dinding Rahim.
e.       Berikan obat sesuai indikasi.
R/ mengurangi rasa nyeri
2.      Defisit volume cairan tubuh b/d perdarahan
Tujuan : Klien akan mempertahankan keseimbangan tubuh yang   adekuat.
Kriteria hasil   : TTV dalam batas normal, Pengisian kapiler cepat, Tidak anemia pucat
Intervensi dan rasional :
a.    Evaluasi,laporkan dan catat jumlah serta kehilangan darah.
R/ Perkiraan kehilangan darah membantu membedakan diagnose.
b.    Catat tanda-tanda vital,pengisian kapiler pada dasar kuku,arna membran mukosa atau kulit dan suhu.
R/ sianosis dan perubahan pada tekanan darah dan nadi adalah tanda-tanda lanjut dari kehilangan sirkulasi atau terjadinya syok.
c.    Pantau aktivitas uterus,dan adanya nyeri tekan abdomen.
R/ Membantu menentukan sifat hemoragi dan kemungkinan hasil dan peristiwa hemoragi.
d.    Pantau masukan atau keluaran cairan.
R/ menentukan luasnya kehilangan cairan.
e.    Kolaborasi berikan larutan intravena,ekspander plasma dan darah lengkap atau sel-sel kemasan sesuai indikasi.
R/ Meningkatkan volume darah,sirkulasi,dan mengatasi gejala-gejala syok
3.      Gangguan perfusi jaringan tubuh b/d terlambatnya peredaran darah ke jaringan bagian distal.
Tujuan : klien akan menunjukan perfusi jaringan yang adekuat
Kriteria hasil : TTV dalam batas normal, Perdarahan berkurang atau hilang
Intervensi dan Rasional :
a.    Perhatikan status psikologi ibu ,status sirkulasi dan volume darah.
R/ Kejadian perdarahan potensial merusak hasil kehamilan,kemungkinan menyebabkan hipodemia atau hipoksia urgioplasenta.
b.    Auskultasi dan laporan DJJ, bradikardia dan takikardia catat perubahan pada aktivitas janin.
R/ Mengkaji berlanjutnya hipoksia janin.Pada awalnya janin berespon pada enurunan kadar oksigen dengan takikardia dan peningkatan gerakan.
c.    Catat kehilangan darah ibu mungkin dan adanya kontraksi uterus.
R/ Kehilangan darah ibu secara berlebihan menurunkan perfusi plasenta.
d.    Catat perkiraan tanggal Kehilangan (PTK) dan tinggal fundus.
R/ PTK memberikan perkiraan untuk menentukan viabilitas janin.
e.    Anjurkan tirah baring pada posisi miring kiri.
R/ menghilangkan tekanan pada vena inferior dan meningkatkan sirkulasi plasenta (janin dan pertukaran oksigen ).
f.      Kolaborasi berikan suplemen oksigen klien.
R/ Meningkatkan ketersediaan oksigen utnuk janin
4.      Resti cedera terhadap janin b/d insufiensi plasenta
Tujuan : Klien akan menunjukan berkurangnya ketakutan dan perilaku yang menun jukan ketakutan.
Kriteria hasil : Tidak takut, Tidak gelisah
Intervensi dan Rasional :
a.    Diskusikan situasi dan pemahaman tentang situasi dengan klien dan pasangan.
R/ Memberikan informasi tentang reaksi individu terhadap apa yang terjadi.
b.    Pantau respon verbal dan nonverbal klien /pasangan.
R/ Menendakan tingkat rasa takut yang sedang di alami klien/pasangan.
c.    Dengarkan masalah klien.
R/ Memberikan kesempatan mengungkapkan ketakutan atau masalah dan untuk mengembangkan solusi sendiri.
d.    Berikan jaaban yang jujur.
R/ jawaban yang jujur dapat meningkatkan pemahaman dengan baik
5.      Ketakutan b/d ancaman kematian terhadap diri sendiri dan janin.
Tujuan : klien akan menunjukan perubahan perilaku atau gaya hidup   untuk menekan kadar resiko dalam melindungi diri serta janin.
Kriteria hasil : Tidak takut, Tidak ada perdarahan
Intervensi dan Rasional :
a.    Perhatikan kondisi ibu yang berdampak pada sirkulasi janin seperti anemia atau hemoragi.
R/ factor yang mempengaruhi atau menurunkan sirkulasi oksegenasi ibu mempunyai dampak yang sama pada kadar oksigen janin / plasenta.
b.    Tentukan penyalagunaan zat seperti tembakau alcohol dan obat-obatan lain.
R/ Penggunaan /penyalagunaan dapat mengakibatkan sindrom alcohol janin sampai kelainan/perlambatan perkembangan yang khusus.
c.    Kaji adanya potensial resiko pada janin.
R/ Bayi yang lahir dari ibu solusio plasenta bersifat prematuritas ,berat badan lahir rendah dan trauma kelahiran.
d.    Kolaborasi singkirkan masalah maternal atau obat-obatan yang dapat mempengaruhi peningkatan DJJ (mis:anemia)
R/ factor-faktor dapat meningkatkan frekuensi jantung ibu dan janin.







DAFTAR PUSTAKA

Cunningham FG, dkk,. 2001. Obstetrical haemorrhage. Wiliam obstetrics 21th edition. Lange USA: Prentice Hall International Inc Appleton.
Doengoes, Marilynn E, dkk,. 2001. Rencana perawatan maternal/bayi. Edisi 2. Jakarta: EGC.
Manuaba, Chandarnita, dkk,. 2008. Gawat-darurat obstetri-ginekologi & obstetriginekologi sosial untuk profesi bidan. Jakarta: EGC.
Prawirohardjo S, Hanifa W. 2002. Kebidanan Dalam Masa Lampau, Kini dan Kelak. Dalam: Ilmu Kebidanan, edisi III. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.
Wong, Dona L, dkk,. 2002. Maternal child nursing care 2nd edition. Santa Luis: Mosby Inc.
Mansjoer Arif dkk.2001.Kapita Selekta Kedokteran.Edisi 3 Jilid 1.FK UI.Jakarta.
 

Tidak ada komentar: